welcome

Marquee Text Generator - http://www.marqueetextlive.com

Rabu, 18 Juli 2012

BERMAAF-MAAFAN SERTA ZIARAH KUBUR MENJELANG BULAN RAMADHAN

Rekan2 fillah, seperti yang sudah biasa kita saksikan dimana-mana, bahwa menjelang bulan Ramadhan, kuburan dimana2 penuh orang, jalanan disekitar kuburan macet karena penuhnya orang2 yang berziarah. Juga kita lihat dijaman sekarang, saling sms untuk saling bermaaf2an. Atau bersilaturahmi diantara mereka.

Biasanya mereka yang melakukan hal2 tersebut diatas, selain karena sudah terbiasa dengan perkara adat/urf, namun ternyata sebagian diantara mereka mendasarkan perbuatannya pada hadits Maudhu'/palsu yang terjemahannya seperti ini :

"Ketika Rasullullah sedang berhotbah pada suatu Sholat Jum'at (dalam bulan Sya'ban), beliau mengatakan Aamin sampai tiga kali, dan para sahabat begitu mendengar Rasullullah mengatakan Aamin, terkejut dan spontan mereka ikut mengatakan Aamin. Tapi para sahabat bingung, kenapa Rasullullah berkata Aamin sampai tiga kali.
Ketika selesai sholat Jum'at, para sahabat bertanya kepada Rasullullah, kemudian beliau menjelaskan: "Ketika aku sedang berhotbah, datanglah Malaikat Zibril dan berbisik, hai Rasullullah aamin-kan do'a ku ini,"
jawab Rasullullah Do'a Malaikat Zibril itu adalah sbb:
"Ya Allah tolong abaikan puasa ummat Muhammad, apabila sebelum memasuki bulan Ramadhan dia tidak melakukan hal-hal yang berikut: Tidak memohon maaf terlebih dahulu kepada kedua orang tuanya (jika masih ada); Tidak berma'afan terlebih dahulu antara suami istri;
Tidak berma'afan terlebih dahulu dengan orang-orang sekitarnya. Maka Rasulullah pun mengatakan Aamin sebanyak 3 kali".

Maka lafazh hadits seperti tersebut di atas tidak terdapat dalam kitab2 hadits para ulama hadits. Hadits diatas adalah Maudlu/Palsu, dan hadits ini tidak ada asal usulnya.

Memang dari Ramadhan ke Ramadhan masalah ini sering sekali ditanyakan, dan hadits yang ditanyakan, bisa didapatkan dalam kitab "Sifat Puasa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam yang ditulis oleh Syaikh Salim bin Ied Al-Hilaly dan Syaikh Ali Hasan Abdul Hamid." Namun setelah diperhatikan dan di perbandingkan dengan hadits palsu diatas, ternyata redaksi lafazh dan maksudnya jauh berbeda.

Adapun Hadits yang derajatnya Shahih dan semakna dengan riwayat al-Bazzar juga diriwayatkan oleh ulama ahlus Sunnan yang lain.

Dan untuk lebih jelasnya, makna hadits shahih tersebut adalah sebagai berikut :

عن أبي هريرة أن رسول الله صلى الله عليه و سلم رقي المنبر فقال : آمين آمين آمين فقيل له : يارسول الله ما كنت تصنع هذا ؟ ! فقال : قال لي جبريل : أرغم الله أنف عبد أو بعد دخل رمضان فلم يغفر له فقلت : آمين ثم قال : رغم أنف عبد أو بعد أدرك و الديه أو أحدهما لم يدخله الجنة فقلت : آمين ثم قال : رغم أنف عبد أو بعد ذكرت عنده فلم يصل عليك فقلت : آمين قال الأعظمي : إسناده جيد

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu juga, (bahwasanya) Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah naik mimbar kemudian berkata : Amin, Amin, Amin" Ditanyakan kepadanya : "Ya Rasulullah, engkau naik mimbar kemudian mengucapkan Amin, Amin, Amin?" Beliau bersabda. "Sesungguhnya Jibril 'Alaihis salam datang kepadaku, dia berkata : "Barangsiapa yang mendapati bulan Ramadhan tapi tidak diampuni dosanya maka akan masuk neraka dan akan Allah jauhkan dia, katakan "Amin", maka akupun mengucapkan Amin...."

Hadits tersebut di atas diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah 3/192 dan Ahmad 2/246 dan 254 dan Al-Baihaqi 4/204 dari jalan Abu Hurairah. Hadits ini shahih, asalnya terdapat dalam Shahih Muslim 4/1978. Dalam bab ini banyak hadits dari beberapa orang sahabat, lihatlah dalam Fadhailu Syahri Ramadhan hal.25-34 karya Ibnu Syahin. [Disalin dari Sifat Puasa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, hal. 27-28, Pustaka Al-Haura.]

Yang lebih lengkap lagi dari lafadz hadts shahih tersebut sebagaimana yg termaktub dalam kitab,"Birrul Walidain" oleh Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas, hal. 44-45 terbitan Darul Qalam.

"Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam naik ke atas mimbar kemudian berkata, "Amin, amin, amin".
Para sahabat bertanya. "Kenapa engkau berkata 'Amin, amin, amin, Ya Rasulullah?"
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Telah datang malaikat Jibril dan ia berkata : 'Hai Muhammad celaka seseorang yang jika disebut nama engkau namun dia tidak bershalawat kepadamu dan katakanlah amin!' maka kukatakan, 'Amin', kemudian Jibril berkata lagi,
'Celaka seseorang yang masuk bulan Ramadhan tetapi keluar dari bulan Ramadhan tidak diampuni dosanya oleh Allah dan katakanlah amin!', maka aku berkata : 'Amin'. Kemudian Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata lagi. 'Celaka seseorang yang mendapatkan kedua orang tuanya atau salah seorang dari keduanya masih hidup tetapi justru tidak memasukkan dia ke surga dan katakanlah amin!' maka kukatakan, 'Amin".
[Hadits SHAHIH Riwayat Bazzar dalam Majma'uz Zawaid 10/1675-166, Hakim 4/153 dishahihkannya dan disetujui oleh Imam Adz-Dzahabi dari Ka'ab bin Ujrah,diriwayatkan juga oleh Imam Bukhari dalam Adabul Mufrad no. 644 (Shahih Al-Adabul Mufrad No. 500 dari Jabir bin Abdillah)]

Dengan demikian, hadist shahih diatas tidak ada hubungan dengan keharusan bermaafan sebelum puasa Ramadhan.

Memaafkan merupakan ciri utama orang beriman yang sedang menuju taqwa. Meminta maaf adalah perilaku terbaik seseorang yang pernah bersalah untuk menuju taubatan nasuha. Meminta maaf dan memaafkan seseorang dapat dilakukan kapan saja, dan tidak ada tuntunan syari'at harus dikumpulkan dulu dan menunggu sampai menjelang bulan Ramadhan. Akan tetapi mengambil momen suatu waktu untuk bermaafan, maka ini diperbolehkan. Demikiain pula jika ini hanya berkenaan dengan masalah adat semata, tidak dikaitkan keyakinan2 tertentu atau tidak di maksudkan untuk mengamalkan hadits palsu diatas, maka hal ini dibolehkan (perkataan Syaikh Utsaimin rahimahullah) , karena boleh jadi, itulah waktu terbaik/tercepat bagi kita sekarang sebelum mati menjemput.

Didalam masalah ini memang kerap terjadi simpang siur dalam memahami duduk persoalan, karena itu mari kita runut pointnya secara jelas agar tidak ada syubhat dan fitnah yang terlontar kemana-mana.
diantaranya :

1. Meminta maaf itu perkara yg indah dan baik dalam agama, tidak boleh ada yg mngatakan jelek. disebut baik adalah karena ia mempunyai dalil. perhatikan dalilnya.

من كانت له مظلمة لأخيه من عرضه أو شيء فليتحلله منه اليوم قبل أن لا يكون دينار ولا درهم إن كان له عمل صالح أخذ منه بقدر مظلمته وإن لم تكن له حسنات أخذ من سيئات صاحبه فحمل عليه

“Orang yang pernah menzhalimi saudaranya dalam hal apapun, maka hari ini ia wajib meminta perbuatannya tersebut dihalalkan oleh saudaranya, sebelum datang hari dimana tidak ada ada dinar dan dirham. Karena jika orang tersebut memiliki amal shalih, amalnya tersebut akan dikurangi untuk melunasi kezhalimannya. Namun jika ia tidak memiliki amal shalih, maka ditambahkan kepadanya dosa-dosa dari orang yang ia zhalimi” (HR. Bukhari no.2449)

2. Dari dalil tersebut, jelas pula bahwa permintaan maaf dilakukan terutama bila kita mengetahui ADA KEZALIMAN yang pernah kita perbuat. Akan tetapi para ulama juga membolehkan bila kita meminta maaf pada seorang yang kita kenal karena kuatir ada hal-hal yang membuat dia tersakiti tapi kita tidak menyadarinya. Ini berlaku hanya untuk orang yang kita kenal loh!. Sebab adalah perkara yang kurang waras meminta maaf kepada orang tidak kita kenal (sebagaimana tradisi diseputar Ramadhan).

3. Jadi jika meminta maaf karena ada alasan yang jelas, ini prkara yang ahsan. Lalu bagaimana jika ini diletakkan selalu sebelum maupun sesudah Ramadhan?. Nah! inipun tetap ada perinciannya.

3.1 Jika meminta maaf ini dilakukan berdasar hadist bo'ong2an yang bunyi lafazhnya seperti hadits ini (pengulangan dari hadits diatas dalam artikel ini) :

"Ketika Rasullullah sedang berkhutbah pada Shalat Jum’at (dalam bulan Sya’ban), beliau mengatakan Amin sampai tiga kali, dan para sahabat begitu mendengar Rasullullah mengatakan Amin, terkejut dan spontan mereka ikut mengatakan Amin. Tapi para sahabat bingung, kenapa Rasullullah berkata Amin sampai tiga kali. Ketika selesai shalat Jum’at, para sahabat bertanya kepada Rasullullah, kemudian beliau menjelaskan: “ketika aku sedang berkhutbah, datanglah Malaikat Jibril dan berbisik, hai Rasullullah Amin-kan do’a ku ini,” jawab Rasullullah.
Do’a Malaikat Jibril itu adalah:
“Ya Allah tolong abaikan puasa ummat Muhammad, apabila sebelum memasuki bulan Ramadhan dia tidak melakukan hal-hal yang berikut:
1) Tidak memohon maaf terlebih dahulu kepada kedua orang tuanya (jika masih ada);
2) Tidak bermaafan terlebih dahulu antara suami istri;
3) Tidak bermaafan terlebih dahulu dengan orang-orang sekitarnya.

maka inilah KESALAHAN FATAL yg dimaksud. Sebab, mendasarkan dan mempercayai suatu amal kepada hadist palsu akan menciptakan syari'at palsu.., lalu apa sebutan Nabi terhadap syariat palsu? Silahkan dijawab sendiri.

3.2 Jika meminta maaf karena memang kita baru tersadar akan kesalahan menjelang atau setelah Ramadhan, maka -meminta maaf- ini tidak mengapa. Bahkan bila kita baru menyadari dekatnya kematian, momennya kebetulan juga pas Ramadhan, maka tidak mngapa kita meminta maaf pada orang yang pernah kita zalimi.

3.3 Jika kita meminta maaf karena ikut-ikutan saja, dan bukan karena mau mengamalkan hadist maudhu diatas, maka ini menyelisihi prinsip para salaf dimana mereka tidak beramal dan berkata kecuali dengan ilmu. Padahal berilmu itu adalah sebelum berkata dan beramal.

3.4 Jika kita meminta maaf menjelang Ramadhan karena menganggap ini adat, maka ketahuilah; sesuatu yg mulanya bukan syariat –baik itu adat, ceremony, dsb- tapi jika diikatkan kepada suatu syariat (di-muqoyaad-kan) maka jadilah ia bagian dari syariat. Misal ucapan "shadaqallohul adziim" ketika selesai membaca Qur'an. Maka ini adalah kalimat yg haq, akan tetapi jika dianggap menjadi penutup tilawah yang disunnahkan, maka ini adalah tambahan yang tidak pernah dikenal oleh para salaf. (Itupun kalau dianggap adat, padahal perlu dibedakan antara adat dengan syariat, adat itu tidak ada didalamnya kepercayaan/keyakinan tentang pahala dan dosa, misal bentuk rumah adat, bentuk masakan adat dsb)

Nah! Jadi intinya dilihat dulu alasan yang melatar belakangi kita meminta maaf, dan yang benar, adalah kita meminta maaf bukan karena menjelang Ramadhan-nya, tapi karena memang kita berbuat salah.

Kesimpulannya; meminta maaf itu dilatar belakangi “kesalahan” bukan dilatar belakangi “waktu”. Inilah yg diajarkan syariat.

Tentunya dengan tulus ikhlas, tidak hanya sekedar basa-basi, seremonial atau gengsi saja. Marilah gunakan waktu hidup yang pendek ini dengan sebaik-baiknya.
Untuk lebih lengkapnya silahkan merujuk kepada kitab-kitab yang telah di terjemahkan ke bahasa Indonesia yg dimaksud diatas.

Demikian, semoga bermanfa'at. kurang lebihnya mohon ma'af. Wallaahu a'lamu bish shawab.

Sumber: Indahnya Sunnah

Sebuah Jalan Menuju Ramadhan yang Bermanfaat

Menjelang Ramadhan ini ada baiknya kita meninggalkan berbantah-bantahan yang tiada kunjung habisnya. Karena Islam itu luas sekali dan umat manusia yang lahir ke dunia selalu membawa warna sendiri-sendiri, sehingga pasti akan berbeda satu dengan lainnya. Bahkan tanaman pisang saja memiliki beranekaragam jenis, binatang ikan memiliki jutaan bahkan mungkin milyaran spicies, apalagi manusia.
Dan janganlah sekali-kali engkau berbantah-bantahan, sebab yang demikian itu semata-mata penyakit yang tidak ada obatnya dan jauhilah ia sekuat tenagamu.
Dalam hadits Muslim dan Bukhari, Rasulullah telah bersabda :
”Tiap-tiap orang yang telah mendapat petunjuk kemudian menjadi sesat dikarenakan suka berbantah-bantah (debat), karena yang dituju oleh para mujadalah itu hanya kemenangan dan bukan kebenaran. Bagi orang yang gemar berbantah-bantahan tiada akan beruntung, kecuali orang itu diliputi rahmat Allah, sehingga ia tobat dari perbuatan itu”.
Bila dalam suatu daerah/negeri ada seorang penganjur Ahli sunnah yang dapat memecahkan syubhat dan menolak ahli bid’ah serta dapat menjernihkan hati ahli haq dari ahli bid’ah, maka gugurlah kefarduan dari orang lainnya.
Demikian pula tidak diharuskan atasmu untuk mengetahui ilmu Sir yang dalam, dan keterangan yang panjang-panjang tentang keajaiban hati, kecuali hal-hal yang merusak peribadatanmu, karena itu wajib bagi kamu mengetahui yang mesti engkau kerjakan seperti ikhlas, puji syukur, tawakkal dsbnya untuk terus diamalkan. Selain itu, tidaklah wajib, engkau untuk mengetahuinya agar dapat menjauhinya.
Jika engkau bertanya : “Apa ada batas dalam ilmu Tauhid seseroang bisa mengetahuinya tanpa guru?”. Ketahuilah bahwa guru itu sebagai pembuka jalan untuk mengetahui batas tersebut dan jika beserta guru, akan lebih gampang dan lebih senang, dan Allah dengan karunia-Nya akan memberi langsung kepada hamba-Nya yang Dia kehendaki. Dalam hal demikian Allah jualah yang mengajarkan kepada mereka.
Telah diriwayatkan bahwa Allah SWT memberi wahyu kepada Nabi Daud AS, Firman-Nya : ‘ Wahai Daud, pelajarilah olehmu ilmu yang bermanfaat’, Jawab Daud :  ‘Ya Tuhanku, apakah ilmu yang bermanfaat itu ?’, Firman Allah : ‘Ialah untuk mengetahui keluhuran, keagungan dan kebesaran-Ku dan kesempurnaan kekuasaan-Ku atas segala sesuatu, inilah yang mendekatkan engkau kepada-Ku’.
Dan ketahuilah bahwa bahaya dalam menempuh aqobah ilmu adalah besar. Siapa yang menuntut ilmu hanya untuk mengambil perhatian orang kepadanya, atau untuk dapat bergaul dengan orang-orang besar, atau ingin lebih tinggi dari kawan, atau untuk mengejar kekayaan, maka perjalanan keniagaannya akan hancur, yakni ilmunya itu tidak bermanfaat dan perhitungan jual belinya akan rugi, karena dunia jika dibanding dengan pahala akhirat tidak berharga apa-apa.
Sabda Rasul SAW :
‘Siapa-siapa yang menuntut ilmu dengan maksud untuk bersaing dengan para Ulama atau untuk mujadalah dengan orang-orang jahil atau untuk mengambil perhatian orang kepadanya, ia akan masuk neraka’.
Jika sekiranya manusia benar-benar memikirkan tentang dalil-dalil perbuatan Allah, ia akan yakin bahwa kita mempunyai Tuhan Yang Maha Kuasa, Maha Mengetahui, Hidup, Berkehendak, Maha Mendengar, Maha Melihat dan ber-Firman. Dengan Firman-Nya yang Qadim yang tidak ada awalnya dan tidak ada akhirnya, Maha Suci dari segala perkataan yang baru dan irodah yang baru dan Maha Bersih dari segala kekurangan dan kecelaan, tidak bersifat dengan sifat yang baru, dan tiada harus bagi-Nya apa-apa yang diharuskan bagi makhluk dan tiada menyerupai sesuatu dari makhluk-Nya, dan tidak ada sesuatu yang menyamai kepada-Nya, dan tidak diliputi oleh tempat dan jihat dan tidak kena robah dan cacat.
Semoga Allah melindungi kita dari berbuat mengada-ada/bid’ah dalam agama dan menurutkan hawa nafsu tanpa petunjuk. Dan kita bukan termasuk orang-orang yang riya’ dan menyombong diri.
Dan dari Allah jua apa-apa yang baik dan yang buruk, yang manfaat dan yang madarat, yang iman dan kekufuran. Dan bahwanya tidak wajib bagi Allah berbuat sesuatu untuk makhluknya. Dan orang yang mendapat ganjaran, adalah karena karunia-Nya dan yang mendapat siksaan adalah karena adilnya Allah.
Saudaraku, aku bukanlah seorang ulama yang mengetahui semua permasalahan, namun aku adalah seorang manusia biasa yang kebetulan hafal beberapa ayat Al-Qur’an, beberapa hadits Nabi, beberapa hukum agama, dan dengan suka rela aku mengajarkannya kepada orang-orang disekelilingku, jika anda memaksaku keluar dari batas ini, sungguh anda telah menyulitkan aku. Apabila apa yang aku sampaikan menarik hati anda, dan anda melihat ada manfaatnya, maka dengarkanlah, dan aku bersyukur. Apabila anda ingin memperluas pengetahuan, bertanyalah kepada ulama-ulama yang lebih tahu dariku dan ulama-ulama spesialis di bidangnya, karena mereka mampu memberikan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang anda ajukan. Adapun diriku, maka inilah batas ilmuku dan Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kemampuannya……”
“Sesungguhnya permasalahan-permasalahan ini telah diperselisihkan oleh ummat Islam sejak ratusan tahun yang lalu dan sampai sekarang mereka tetap memperselisihkannya. Allah Tabaaraka wal Ta’ala senang kepada kita dua hal, cinta dan kasih sayang dan membenci dari kita perselisihan dan perpecahan. Aku sangat mengharapkan, kita semua bersungguh-sungguh untuk mempelajari pokok-pokok ajaran Islam dan prinsip-prinsipnya. Bertingkah laku dengan akhlak-akhlaknya, keutamaan-keutamaannya, dan petunjuk-petunjuknya. Juga melaksanakan kewajiban-kewajiban dan ibadah-ibadah sunnah, serta menjauhkan diri dari sikap ekstrem dan radikal. Sampai semua jiwa menjadi bersih. Tujuan kita semua adalah ingin mengetahui yang benar, bukan sekedar memenangkan pendapat. Sampai suatu saat nanti, kita sama-sama mempelajari permasalahan-permasalahan ini dalam naungan cinta, kepercayaan, persatuan dan ikhlas.
Oleh sebab itu marilah kita menghadapi Ramadhan tahun ini dengan baik, ikhlas dan hati yang menerima, sehingga setelah usai Ramadhan diri kita berubah menjadi indah, persis seperti kupu-kupu yang sudah berubah dari kepompong, maka  belajarlah dari kepompong.

Kamis, 05 Juli 2012

“Malam Nisfu Sya’ban”

Apa yang menyebabkan malam Nisfu Sya’ban ini besar artinya bagi umat Muslim ? 
Berikut ini diceritakan seperti yang di alami Rasulullah Saw:
Kebesaran hari ini diterangkan oleh Rasulullah saw. ” Malaikat Jibril mendatangiku pada malam Nishfu (15) Sya’ban, seraya berkata, ” Hai Muhammad, malam ini pintu-pintu langit dibuka. Bangunlah dan Shalatlah, angkat kepalamu dan tadahkan dua tanganmu kelangit .”
Rasulullah saw bertanya, ” Malam apa ini Jibril ?”
Jibril menjawab. ” Malam ini dibukakan 300 pintu rahmat. Tuhan mengampuni kesalahan orang yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu, kecuali tukang sihir, tukang nujum, orang bermusuhan, orang yg terus menerus minum khamar (arak atau minuman keras), terus menerus berzina, memakan riba, durhaka kepada ibu bapak, orang yang suka mengadu domba dan orang yang memutuskan silaturahim. Tuhan tidak mengampuni mereka sampai mereka taubat dan meninggalkan kejahatan mereka itu .”
Rasulullah pun keluar rumah, lentas mengerjakan shalat (sendirian) dan menangis dalam sujudnya, seraya berdoa :
.” Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu
dari azab dan siksa-Mu serta kemurkaan-Mu
Tiada kubatasi pujian-pujian kepada-Mu
sebagaimana Engkau memuji diri-Mu
Maka bagi-Mu lah segala pujia-pujian itu
Hingga Engkau rela .” (HR Abu Hurairah)

Oleh karena itu sahabatku, malam tersebut sangatlah baik untuk beribadah dan memohon ampunan (bertaubat) atas segala hal buruk yang kita lakukan, dan semoga Allah swt menerima segala amal ibadah dan mengampuni dosa-dosa dan kesalahan kita . . Amiin .
Rasulullah bersabda: “Barang siapa yang mengingatkan sesama tentang kedatangan bulan ini. Maka api neraka haram baginya.”

Tulisan ini hanyalah sekedar berbagi untuk teman2 Ummat Muslim, semoga bermanfaat. Karena memberikat sesuatu yang bermanfaat adalah bagian dari amal ibadah.