welcome

Marquee Text Generator - http://www.marqueetextlive.com

Jumat, 19 April 2013

SAYANGI SESAMA MAKA AKAN DISAYANG ALLAH

“Muhammad itu utusan Alloh, dan orang-orang yang bersama dia keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka.” (Qs. Al Fath; 29)

Sahabat sekalian banyak sekali ni’mat yang dianugerahkan Alloh kepada kita, namun hanya sedikit yang kita sadari bahwa itu semua adalah ni’mat, lebih celaka lagi kita melupakannya dan kita baru menyadari bahwa apa yang kita alami, miliki dan rasakan adalah ni’mat ketika semua itu telah berlalu dan bertemu dengan sesuatu yang tidak mengenakkan kita.
Satu dari sekian banyak ni’mat Alloh yang dianugerahkan kepada kita adalah ni’mat kasih sayang (Rohman dan Rohim) dengan berbagai macam bentuk dan perantaranya. Bentuk kasih sayang Alloh itu bisa berupa kesenangan atau kesusahan, kegembiraan maupun kesedihan, yang kesemuanyan tidak lain Alloh karuniakan semata-mata demi kebaikan kita agar kita semakin dekat dengan-Nya. Sedangkan sampainya kasih sayang Alloh kepada kita bisa melalui siapa saja seperti bapak, ibu, kakak, adik, saudara, tetangga, guru dan lain sebagainya, atau melalui apa saja mahluk Alloh yang lain.
Dalam bahasa arab kasih sayang disebut dengan istilah Rohmah, yang sering kali kita menyebutnya Rohmat. Rasa kasih sayang merupakan salah satu kekayaan yang tersimpan dalam hati kita yang amat sangat berharga. Kalau boleh dianalogikan seandainya hati adalah rumah mewah berisi emas, perak,  intan, permata, berlian atau lain sebagainya berupa materi keduniaan, maka sesungguhnya dalam hati terdapat terdapat iman, syukur, ikhlas, tawadhu’, iffah yang termasuk didalamnya Rohmat (kasih sayang).
Orang yang di dalam hatinya terdapat kekayaan berupa kasih sayang, maka ia akan termuliakan dengan kasih sayang nya itu, begitu pula sebaliknya ia akan terhinakan manakala dihatinya tidak terdapat kasih sayang.
Orang yang dalam hatinya dipenuhi kasih sayang dengan yang tidak, maka akan berbeda ketika dia mengasihi atau menyayangi orang lain. Perbedaan itu akan terletak pada ketulusan dalam memberikan kasih sayangya. Orang kaya yang punya uang satu juta semisal, ketika memberi seorang miskin seribu rupiah maka ia tidak berharap balasan yang sama atas pemberian yang diberikannya karena ia masih punya banyak sekali yakni sembilan ratus sembilan puluh sembilan ribu rupiah, artinya ketika kita mengasihi orang lain maka tidak terbersit sedikitpun bahwa orang yang kita kasihi akan membalas dengan kebaikan yang sama, karena dalam hati kita masih sangat banyak sekali kekayaan yang bernama rahmah itu.
Sahabat sekalian, paling tidak ada dua ciri seorang yang dihatinya benar-benar tersimpan kekayaan yang bernama rohmah  (kasih sayang ) itu, ciri tersebut antara lain :
Pertama, Kasih sayangnya tanpa ada pamrih,- Orang yang di hatinya ada kekayaan kasih sayang, maka dia akan mencurahkan kasih sayangnya kepada orang lain dengan sepenuh hati. Ia lakukan bukan lantaran ingin di balas atau ingin disayangi  orang tersebut, akan tetapi semata-mata ingin mendapat balasan dari Alloh. Orang yang miskin kasih sayang, maka ketika mengasihi dan menyayangi orang lain, ia akan mengharapkan balasan yang serupa dari orang lain tersebut. Semisal orang yang dasarnya memang miskin uang, kemudian ia memberi uang kepada orang lain, maka apa yang muncul di hatinya ? meski dia memberi tetap saja di hatinya akan terbersit harapan bahwa suatu saat orang yang diberi akan balik memberinya ketika ia butuh. Sama halnya dengan orang yang menyumbang, ketika  kebetulan dirumahnya ada hajatan, maka dia berharap akan disumbang. Kedua hal tersebut menunjukan bahwa mereka sama-sama miskinnya, karena masih berharap ingin dikasih dan diberi.
Orang yang kaya kasih sayang dia tidak berharap-harap meski sekecil apapun balasan dari kasih sayang yang diberikannya. Tidak pernah kecewa,  menyesal, merasa rugi ataupun timbul kebencian, sekalipun orang yang ia kasihi dan ia sayangi tidak membalasnya, bahkan sekedar berterima kasihpun tidak. Bahkan dia merasa bahagia, bangga bisa mencurahkan kasih sayangnya dengan ikhlas tanpa pamrih kepada orang lain. Balasan yang ia harapkan adalah pahala dan ridho Alloh subhanahu wata’ala.
Kedua, Tahu siapa yang harus didahulukan dalam mencurahkan kasih sayangnya,- Orang yang betul-betul kaya akan kasih sayang, maka dalam memberikan kasih sayangnya akan membuat skala prioritas siapa terlebih dahulu yang harus dikasihinya. Semisal ia punya banyak uang dan hidup dalam lingkungan yang kecil maka ketika ia akan memberikan sebagian uangnya, maka terlebih dahulu pada orang paling sangat membutuhkan. Demikian juga halnya dengan prioritas mencurahkan kasih sayang, yang jadi prioritas tentunya adalah yang sangat membutuhkan itu.  Pertanyaan yang muncul adalah siapa sebetulnya yang perlu jadi prioritas dalam memberikan kasih sayang itu?, tentunya bukanlah mereka yang jompo, bukanlah mereka yang miskin atau yatim piatu. Yang paling sangat membutuhkan kasih sayang adalah orang yang dalam hatinya sedang miskin kasih sayang, yaitu mereka yang dalam hatinya terdapat kebencian terutama kebencian kepada kita. Kemudian sanggupkah kita menyayangi orang yang membenci kita? Jika kita tidak sanggup, berarti kita juga termasuk orang yang miskin kasih sayang. Orang yang miskin kasih sayang tidak akan mampu memberikan kasih sayangnya, maka yang ada hanyalah keinginan untuk saling menjatuhkan, menghina, bahagia bila orang lain sengsara dan selalu berharap bahwa selain dirinya itu menderita. Merekalah yang pertama kali perlu diberi kasih sayang, sehingga dia akan menjadi orang yang kaya kasih sayang.
Begitulah dua ciri orang yang memiliki kekayaan kasih sayang dalam hatinya, dia akan selalu tangguh, selalu menyayangi meski dibenci, tidak pernah putus asa dan kecewa apabila tidak mendapatkan imbalan sesenpun dari orang yang ia kasihi dan sayangi. Dan sesungguhnya kalau kita perhatikan baik-baik, justeru kita sering melakukan hal yang aneh-aneh yang bisa menunjukkan dan lebih memantapkan kalau kita memang awalnya miskin kasih sayang, itu mungkin bisa terjadi karena kita  kurang memahaminya. Semisal, suatu ketika ada orang yang menampakan kebenciannya kepada kita dan menghina kita. Kita mengaku tidak senang dihina, tidak sakit hati, tidak tersinggung tetapi kita berkilah dengan alasan mengapa kita harus menyenangkan dia sementara dia menghina kita, sehingga alasan tersebut malah menyenangkan orang yang menghina kita. Karena orang yang menghina akan merasa berhasil bila yang dihinanya melakukan perlawanan, semisal ia sedih dengan penghinaan tersebut.
Penghinaan dan kebencian itu ibarat dua sisi mata uang, maka jangan sakit hati bila dihina orang, sesungguhnya yang berhak merasa sakit hati adalah orang yang yang menghina, sebab penghinaan itu akan kembali pada dirinya sendiri bila direspon dengan kasih sayang, dan akhirnya penghinaannya akan menjadi boomerang  baginya./ Dengan demikian orang yang dihina itu pantang membalas menghina orang yang menghinanya.
Orang yang memahami betul persoalan ini maka ketika ada yang menghina dirinya maka yang dilihat bukan penghinaannya, justeru sebaliknya yaitu hikmah yang tersimpan dibalik hinaan tersebut. Suatu saat seorang sahabat bertanya kepada Rosululloh: “Ya Rosululloh, tunjukkan aku amalan apa yang bisa memasukkanku ke dalam surga?”, Beliau menjawab: “Maafkanlah orang yang menganiayamu.”. Sahabat sekalian, bentuk penganiayaan adalah menghina, berarti bila kita memaafkan orang menganiaya kita sama artinya dengan memaafkan orang yang menghina kita.
Ada beberapa hikmah yang dapat kita petik apabila kita memaafkan orang yang menghina kita. Antara lain:
Pertama, Kita punya tabungan amal dari memaafkan kesalahan  orang lain  tersebut. Kapan kita akan memaafkan orang lain kalau tidak ada orang yang berbuat salah, tidak ada yang menghina, tidak ada yang mendzalimi kita. Padahal pekerjaan memaafkan merupakan suatu hal  yang ringan sekali, tidak menuntut banyak tenaga, tidak perlu modal besar, tidak harus dengan waktu berhari-hari bahkan tidak perlu cucuran air mata dan simbahan darah. Jika kita katakan dalam beberapa detik saja perkataan maaf, rasanya ringan dan tidak memberatkan, itupun masih berbuntut dengan dicatat sebagai prestasi untuk menuju jalan kesurga Alloh, namun demikian tidak berarti bahwa kita berharap orang lain berbuat salah kepada kita.
Kedua, Hinaan sebetulnya adalah control pemberitahu bobot harga diri kita,- pernahkah kita melihat intan?, sebongkah batu bata bila dijatuhkan pada sebongkah intan yang kebetulan disampingnya ada tape. Apa yang terjadi? Maka hancurlah batu bata tadi, intan akan tetap utuh  tetap berkilau tidak bergeming sedikitpun, tetap memancarkan pesona keindahannya, tetapi tidak demikian halnya dengan tape yang terkena bongkahan batu bata maka ia akan penyet, rusak, remuk bahkan tidak mungkin ada yang mau mengambil karena kotor kena pecahan bata. Begitulah rumusnya, bila hati kita kaya akan kasih sayang meskipun ada orang yang menghina kita, kita tidak bergeming, tidak merasa hancur-hancuran, kita tetap cemerlang dan tidak ada keinginan  untuk membalas, sebagaimana sebongkah intan. Tetapi, sebaliknya apabila ada orang yang menghina kita, lalu kita membalas hinaannya berarti tak ubahnya kita seperti sebungkus tape. Kita tahu berapa harga tape dipasar? Hanya seribu rupiah, itupun masih dapat tiga bungkus lagi. Ingin samakah kita dengan nilai tape? Tentu tidak.
Jadi dengan hinaan ini kita tahu seberapa harga diri kita, artinya kalau ada orang yang menghina kita, sebenarnya dia sedang mengasihi kita, sebenarnya dia sedang memberitahukan  kita yang sebenarnya, cuma mungkin pengungkapannya lain tidak selembut yang kita harapkan.
Ketiga, sikap memaafkan adalah bentuk curahan kasih sayangnya- Tidak semua bias mencurahkan kasih sayangnya dengan lembut, tetapi ada pula dengan cara yang lain seperti penghinaan. Kalau kita faham dengan orang yang menghina kita, maka belum tentu dia melakukan itu benar-benar benci. Bisa jadi merupakan ungkapan kasih sayangnya kepada kita. Sudah seharusnya sikap kita kepada merekapun melimpahkan kasih sayang meski tidak dengan cara yang sama dengannya, yaitu kasih sayang yang sesungguhnya, sebagai rasa terima kasih kita kepada orang yang menyayangi kita.
Inilah beberapa fenomena yang ada, apabila kita betul-betul memahami makna kasih sayang kepada sesama, maka dalam kehidupan ini rasanya sulit untuk membenci orang lain. Seperti halnya ketika kita diajak seseorang untuk berbuat sesuatu yang kita yakini kebenarannya, yakni agar setiap kali hendak melakukan sesuatu kita awali dengan basmalah, maka kita pun akan memulai segala sesuatu dengan basmalah. Karena dalam bacaan tersebut terkandung dua makna yaitu setiap pekerjaan yang diawali dengan basmalah berarti dia telah mengagungkan asma Alloh. Bismilah artinya dengan menyebut asma Alloh, nama Alloh adalah nama yang sarat dengan keagungan. Misal mau makan, berpakaian atau apa saja sebelumnya hendaknya mengucap basmalah. Demikian halnya dengan mengagungkan asma Alloh melalui amal-amal kita sehingga amal tersebut bisa sejalan dengan kehendak Alloh. Tentunya amal tersebut adalah amal-amal yang baik (sesuai dengan keinginan Alloh), karena amal yang tidak baik tidak diawali dengan basmalah. Yang kedua, setiap perbuatan yang kita lakukan harus memiliki makna kasih sayang, – Dalam bismilah itu dilanjutkan dengan Ar Rahman dan Ar Rohiim bukan azizul jabbar atau ataupun Hayyul qoyyum. Dalam hal ini Alloh mengajarkan bahwa kasih sayang itu tiada bertepi, tidak bisa dibatasi oleh siapapun atau apapun. Ketika kita mencurahkan kasih sayang kepada siapapun meski orang kafir sekalipun, kita harus bisa membedakan mana perbuatannya dan mana orangnya. Terhadap orang kafir, maka bukan orangnya yang kita benci akan tetapi perbuatannya, karena besar harapan kita bahwa orangnya akan mendapatkan hidayah dari Alloh dan bisa kembali ke jalan yang lurus.
Sesungguhnya masih banyak sekali yang bisa kita dapatkan dari makna kasih sayang ini, dan akhirnya orang yang kaya akan kasih sayang akan senantiasa membantu orang-orang yang ingkar akan kebenaran Alloh sehingga mereka bisa meninggalkan jalan yang sesat menuju ke jalan yang penuh cahaya Alloh. Bagaimana hal dengan kita? Semoga kita termasuk golongan orang-orang yang memiliki kasih sayang yang melimpah, sehingga kita bisa dipilih oleh Alloh untuk bisa mengantarkan saudara-saudara kita menuju kepada cahaya Ilahi dan menambah keimanan kita kepada Alloh Subhanahu wata’ala. Wallohu’alam bish showab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar