Senin, 20 Agustus 2012
tiada kesucian menjadi sempurna
tiada kesucian menjadi sempurna
tatkala ada salah satu kebencian tertanam dalam jiwa
membasuh jiwa dengan permintaan maaf.
terkirim dari lubuk hati atas kesalahan selama ini
selemat hari raya idul fitri 1433 H. mohon maaf lahir batin.
Penelitian: Ponsel Bantu Turunkan Berat Badan
Ponsel yang kita gunakan sekarang dikabarkan tak lama lagi akan bisa membantu menurunkan berat badan.
Para peneliti dengan Calit2`s Center for Wireless and Population Health Systems (CWPHS) dan departement of family and preventive medicine, di Universitas California, San Diego telah mengembangkan penelitian sebelumnya yang bertujuan menemukan jika teknologi ponsel dapat membantu menurunkan berat badan.
Selama setahun, para peneliti dengan penelitian "ConTxt" akan mengevaluasi penggunaan pesan singkat ponsel guna mengingatkan para partisipan untuk membuat pilihan gizi yang bijak dalam sehari.
Para partisipan diacak dalam kondisi yang terintervensi yang juga akan diberikan pesan yang disesuaikan untuk mengurangi berat badan dan perubahan gaya hidup sebagai pedometer guna memantau aktivitas keseharian mereka.
"ConTxt sangat inovatif, meski pendekatan langsung guna membuat orang bisa memantau aktivitas diet dan fisik mereka," kata ketua investigator CWPHS Kevin Patrick,MD,MSm yang seorang professor dari departemen Family and preventive medicine, UC San Diego School of Medicine.
"Kami mencoba untuk membuat ini sebisa mungkin gratis. Orang tak ingin melekat pada sesuatu yang terlalu sulit dan mereka semuanya multitasking. Kami melakukan penelitian ini guna meningkatkan apa yang kami ketahui mengenai penggunaan ponsel untuk mendapatkan pesan ketika orang sedang sibuk dan sedang dalam perjalanan."
ConTxt merekrut lebih dari 300 partisipan untuk penelitian itu. Sebagai bagian dari penyesuaian program, penelitian diselesaikan dengan kunjungan ke tingkat inti yang akan membantu menentukan gaya hidup para partisipan. Sebagai contoh, menentukan toko grosir terdekat, menemukan peluang berolah raga dan kemungkinan daftar yang mendorong program itu dari teman atau keluarga.
Intervensi itu dirancang untuk mengirimkan "tanda" teks atau pesan gambar dengan saran spesifik atau tips terkait seputar diet dan memperbaiki kebiasaan gaya hidup.
"Tampaknya semua orang punya ponsel. Bagi mereka yang biasa membawanya bersama mereka sepanjang waktu, kami ingin melihat apakah kita dapat menggunakan teknologi yang sama untuk membuat orang berpikir berbeda," terang koordinator penelitian ConTxt Lindsay W. Dillon, MPH, CHES.
TahukahKamu.com | sumber: vemale.com
Para peneliti dengan Calit2`s Center for Wireless and Population Health Systems (CWPHS) dan departement of family and preventive medicine, di Universitas California, San Diego telah mengembangkan penelitian sebelumnya yang bertujuan menemukan jika teknologi ponsel dapat membantu menurunkan berat badan.
Selama setahun, para peneliti dengan penelitian "ConTxt" akan mengevaluasi penggunaan pesan singkat ponsel guna mengingatkan para partisipan untuk membuat pilihan gizi yang bijak dalam sehari.
Para partisipan diacak dalam kondisi yang terintervensi yang juga akan diberikan pesan yang disesuaikan untuk mengurangi berat badan dan perubahan gaya hidup sebagai pedometer guna memantau aktivitas keseharian mereka.
"ConTxt sangat inovatif, meski pendekatan langsung guna membuat orang bisa memantau aktivitas diet dan fisik mereka," kata ketua investigator CWPHS Kevin Patrick,MD,MSm yang seorang professor dari departemen Family and preventive medicine, UC San Diego School of Medicine.
"Kami mencoba untuk membuat ini sebisa mungkin gratis. Orang tak ingin melekat pada sesuatu yang terlalu sulit dan mereka semuanya multitasking. Kami melakukan penelitian ini guna meningkatkan apa yang kami ketahui mengenai penggunaan ponsel untuk mendapatkan pesan ketika orang sedang sibuk dan sedang dalam perjalanan."
ConTxt merekrut lebih dari 300 partisipan untuk penelitian itu. Sebagai bagian dari penyesuaian program, penelitian diselesaikan dengan kunjungan ke tingkat inti yang akan membantu menentukan gaya hidup para partisipan. Sebagai contoh, menentukan toko grosir terdekat, menemukan peluang berolah raga dan kemungkinan daftar yang mendorong program itu dari teman atau keluarga.
Intervensi itu dirancang untuk mengirimkan "tanda" teks atau pesan gambar dengan saran spesifik atau tips terkait seputar diet dan memperbaiki kebiasaan gaya hidup.
"Tampaknya semua orang punya ponsel. Bagi mereka yang biasa membawanya bersama mereka sepanjang waktu, kami ingin melihat apakah kita dapat menggunakan teknologi yang sama untuk membuat orang berpikir berbeda," terang koordinator penelitian ConTxt Lindsay W. Dillon, MPH, CHES.
TahukahKamu.com | sumber: vemale.com
Kata-kata Sepele yang Tidak Boleh Diucapkan Pada Anak Kecil
Berikut ini ada Beberapa larangan yang tidak boleh kamu ucapkan kepada buah hati kamu diantaranya sebagai berikut.
Memiliki dan membesarkan sang buah hati punya seni tersendiri. Apalagi, kata para pemerhati anak, tidak ada sekolah khusus untuk menjadi orang tua. Tak jarang, kita terlalu yakin mampu membesarkan buah hati dengan cara sendiri. Ternyata, tidak semudah itu. Berawal dari komunikasi sehari-hari, perkembangan anak pun bisa saja terganggu. Nah, bapak dan ibu, ada kata-kata yang sebaiknya tidak kamu lontarkan untuk buah hati tercinta.
Apa itu?
''Pergi sana! Bapak Mau Sendiri!''
Ketika kamu kerap melontarkan kata-kata ini pada anak, Suzette Haden Elgin, pendiri Ozark Center, mengatakan anak-anak akan berpikir tidak ada gunanya berbicara dengan orang tuanya karena mereka selalu diusir. ''Jika kamu terbiasa mengatakan hal-hal itu pada anak-anak sejak mereka kecil, biasanya mereka akan mengatakan hal serupa ketika dewasa.''
''Kamu Itu...''
Pelabelan pada anak adalah cara pintas untuk mengubah anak-anak. Jika seorang ibu mengatakan, ''Anak saya memang pemalu'', maka anak akan menelan begitu saja label itu tanpa bertanya apa pun. Apalagi, bila kita memberikan label buruk pada anak-anak, itulah yang akan melekat dalam benak mereka. Seumur hidup.
''Jangan Nangis''
Atau, kata-kata serupa seperti, ''Jangan cengeng'' atau ''Nangis melulu''. Padahal, untuk anak-anak yang belum dapat mengekspresikan emosi lewat kata-kata, mereka hanya dapat menyalurkannya dengan cara menangis. Adalah wajar, bila anak-anak merasa sedih atau ketakutan. ''Sebenarnya, wajar saja bila ortu ingin melindungi anak mereka dari perasaan-perasaan itu. Tapi, dengan mengatakan ''jangan'' tidak berarti anak-anak akan lebih baik. ''Ini juga akan memberikan kesan bahwa emosi mereka tidak benar, bahwa tidak baik untuk merasa takut atau sedih,'' ujar Debbie Glasser, direktur Family Support Services.
Lebih baik, katakan pada anak bahwa kamu memahami perasaan sedih yang dia alami. ''Ibu paham kamu takut dengan ombak. Ibu janji tidak akan melepaskan tanganmu lagi, Nak...''
''Kenapa kamu tidak bisa seperti saudaramu?''
''Lihat tuh, Doni rapi banget mengancing bajunya. Kok kamu tidak bisa?''
Para pakar menilai wajar orang tua membandingkan anak-anaknya. Ini akan menjadi referensi terhadap perkembangan anak-anak. Namun, tolong, jangan katakan ini di depan anak-anak. Ini karena tiap anak adalah individu yang berbeda. Mereka punya kepribadian tersendiri. Membandingkan anak dengan orang lain berarti kamu menginginkan anak kamu menjadi orang yang berbeda.
Semoga beberapa referensi kata-kata diatas bisa di jadikan untuk pedoman atau pegangan, salam.
TahukahKamu.com | sumber: hangat-news.blogspot.com
Memiliki dan membesarkan sang buah hati punya seni tersendiri. Apalagi, kata para pemerhati anak, tidak ada sekolah khusus untuk menjadi orang tua. Tak jarang, kita terlalu yakin mampu membesarkan buah hati dengan cara sendiri. Ternyata, tidak semudah itu. Berawal dari komunikasi sehari-hari, perkembangan anak pun bisa saja terganggu. Nah, bapak dan ibu, ada kata-kata yang sebaiknya tidak kamu lontarkan untuk buah hati tercinta.
Apa itu?
''Pergi sana! Bapak Mau Sendiri!''
Ketika kamu kerap melontarkan kata-kata ini pada anak, Suzette Haden Elgin, pendiri Ozark Center, mengatakan anak-anak akan berpikir tidak ada gunanya berbicara dengan orang tuanya karena mereka selalu diusir. ''Jika kamu terbiasa mengatakan hal-hal itu pada anak-anak sejak mereka kecil, biasanya mereka akan mengatakan hal serupa ketika dewasa.''
''Kamu Itu...''
Pelabelan pada anak adalah cara pintas untuk mengubah anak-anak. Jika seorang ibu mengatakan, ''Anak saya memang pemalu'', maka anak akan menelan begitu saja label itu tanpa bertanya apa pun. Apalagi, bila kita memberikan label buruk pada anak-anak, itulah yang akan melekat dalam benak mereka. Seumur hidup.
''Jangan Nangis''
Atau, kata-kata serupa seperti, ''Jangan cengeng'' atau ''Nangis melulu''. Padahal, untuk anak-anak yang belum dapat mengekspresikan emosi lewat kata-kata, mereka hanya dapat menyalurkannya dengan cara menangis. Adalah wajar, bila anak-anak merasa sedih atau ketakutan. ''Sebenarnya, wajar saja bila ortu ingin melindungi anak mereka dari perasaan-perasaan itu. Tapi, dengan mengatakan ''jangan'' tidak berarti anak-anak akan lebih baik. ''Ini juga akan memberikan kesan bahwa emosi mereka tidak benar, bahwa tidak baik untuk merasa takut atau sedih,'' ujar Debbie Glasser, direktur Family Support Services.
Lebih baik, katakan pada anak bahwa kamu memahami perasaan sedih yang dia alami. ''Ibu paham kamu takut dengan ombak. Ibu janji tidak akan melepaskan tanganmu lagi, Nak...''
''Kenapa kamu tidak bisa seperti saudaramu?''
''Lihat tuh, Doni rapi banget mengancing bajunya. Kok kamu tidak bisa?''
Para pakar menilai wajar orang tua membandingkan anak-anaknya. Ini akan menjadi referensi terhadap perkembangan anak-anak. Namun, tolong, jangan katakan ini di depan anak-anak. Ini karena tiap anak adalah individu yang berbeda. Mereka punya kepribadian tersendiri. Membandingkan anak dengan orang lain berarti kamu menginginkan anak kamu menjadi orang yang berbeda.
Semoga beberapa referensi kata-kata diatas bisa di jadikan untuk pedoman atau pegangan, salam.
TahukahKamu.com | sumber: hangat-news.blogspot.com
Tahukah Anda 10 Kota Terpadat di Indonesia?
Kota terpadat di Indonesia adalah Kota Jakarta dengan penduduk sejumlah 9.607.787 jiwa (sensus tahun 2010). Sebagai Ibukota Negara dan pusat bisnis di Indonesia, sangat wajar jika Jakarta memiliki jumlah penduduk yang sangat banyak dan menjadi kota terpadat di Indonesia. Setiap tahun jumlah penduduk Jakarta terus bertambah, banyak penduduk Indonesia yang menjadikan Jakarta sebagai tujuan utama mencari pekerjaan.
Secara pasti tidak dapat diketahui jumlah penduduk di setiap kota di Indonesia, hal ini karena setiap tahunnya banyak pendatang berdatangan di kota-kota besar di Indonesia, dan banyak di antara mereka tidak terdata. Data terbaru yang menjadi rujukan adalah hasil sensus penduduk 2010 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
Secara pasti tidak dapat diketahui jumlah penduduk di setiap kota di Indonesia, hal ini karena setiap tahunnya banyak pendatang berdatangan di kota-kota besar di Indonesia, dan banyak di antara mereka tidak terdata. Data terbaru yang menjadi rujukan adalah hasil sensus penduduk 2010 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
Berikut adalah daftar 10 kota terpadat di Indonesia berdasarkan hasil sensus tahun 2010:
1. Jakarta (DKI Jakarta), jumlah penduduk 9.607.787 jiwa;
2. Surabaya (Jawa Timur), jumlah penduduk 2.765.487 jiwa;
3. Bandung (Jawa barat), jumlah penduduk 2.394.873 jiwa;
4. Bekasi (Jawa Barat), jumlah penduduk 2.334.871 jiwa;
5. Medan (Sumatera Utara), jumlah penduduk 2.097.610 jiwa;
6. Tangerang (Banten), jumlah penduduk 1.798.601 jiwa;
7. Depok (Jawa Barat), jumlah penduduk 1.738.570 jiwa;
8. Semarang (Jawa Tengah), jumlah penduduk 1.555.984 jiwa;
9. Palembang (Sumatera Selatan), jumlah penduduk 1.455.284 jiwa;
10. Makassar (Sulawesi Selatan), jumlah penduduk 1.338.663 jiwa.
Sumber: Wikipedia Bahasa Indonesia
Gambar: wartakotalive.com
Sabtu, 18 Agustus 2012
Makna Idul Fitri
Idul Fitri adalah hari raya yang datang berulangkali setiap tanggal 1 Syawal, yang menandai puasa telah selesai dan kembali diperbolehkan makan minum di siang hari. Artinya kata fitri di sini diartikan “berbuka” atau “berhenti puasa” yang identik dengan makan minum. Maka tidak salah apabila Idul Fitri disambut dengan makan-makan dan minum-minum yang tak jarang terkesan diada-adakan oleh sebagian keluarga.
Terminologi yang Salah
Terminologi Idul Fitri seperti ini harus dijauhi dan dibenahi, sebab selain kurang mengekspresikan makna idul fitri sendiri juga terdapat makna yang lebih mendalam lagi. Idul Fitri seharusnya dimaknai sebagai ‘Kepulangan seseorang kepada fitrah asalnya yang suci‘ sebagaimana ia baru saja dilahirkan dari rahim ibu. Secara metafor, kelahiran kembali ini berarti seorang muslim selama sebulan melewati Ramadhan dengan puasa, qiyam, dan segala ragam ibadahnya harus mampu kembali berislam, tanpa benci, iri, dengki, serta bersih dari segala dosa dan kemaksiatan.Makna Idul Fitri yang Asli
Idul Fitri berarti kembali kepada naluri kemanusiaan yang murni, kembali kepada keberagamaan yang lurus, dan kembali dari segala kepentingan duniawi yang tidak Islami, Inilah makna Idul Fitri yang asli.Kesalahan Besar
Adalah kesalahan besar apabila Idul Firi dimaknai dengan ‘Perayaan kembalinya kebebasan makan dan minum‘ sehingga tadinya dilarang makan di siang hari, setelah hadirnya Idul Fitri akan balas dendam, atau dimaknai sebagai kembalinya kebebasan berbuat maksiat yang tadinya dilarang dan ditinggalkan kemudian. Karena Ramadhan sudah usai maka keniaksiatan kembali ramai-ramai digalakkan.Ringkasnya kesalahan itu pada akhirnya menimbulkan sebuah fenomena umat yang shaleh mustman, bukan umat yang berupaya mempertahankan kefitrahan dan nilai ketaqwaan.
Ketika merayakan Idul Fitri setidaknya ada tiga sikap yang harus kitapunyai, yaitu:
- Rasa penuh harap kepada AllahSWT (Raja’). Harap akan diampuni dosa-dosa yang berlalu. Janji Allah SWT akan ampunan itu sebagai buah dari “kerja keras” sebulan lamanya menahan hawa nafsu dengan berpuasa.
- Melakukan evaluasi diri pada ibadah puasa yang telah dikerjakan. Apakah puasayang kita lakukan telah sarat dengan makna, atau hanya puasa menahan lapar dan dahaga saja Di siang bulan Ramadhan kitaberpuasa, tetapi hati kita, lidah kita tidak bisa ditahan dari perbuatan atau perkataari yang menyakitkan orang lain. Kita harus terhindar dari sabda Nabi SAW yang mengatakan banyakorangyang hanya sekedar berpuasa saja: “Banyak sekali orang yang berpuasa, yang hanya puasanya sekedar menahan lapar dan dahaga“.
- Mempertahankan nilai kesucian yang baru saja diraih. Tidak kehilangan semangat dalam ibadah karena lewatnya bulan Ramadhan, karena predikat taqwa sehantsnya berkelanjutan hingga akhir hayat. Firman Allah SWT: “Hai orang yang beriman, bertagwalah kepada Allah sebenar-benar taqwa kepada-Nya dan janganlah sekali-kati kamu mati melainkan dalam keadaan ber-agama Islam ” (QS. Ali Imran: 102).
Kamis, 16 Agustus 2012
Mutiara Hikmah
Mata Air Yang Tak Pernah Kering
Sumber : Wahyu Ridhoni
Pernahkah terlintas dibenak kita, Mengapa hidup tiap hari selalu begini
?, Mengapa yang di kerjakan itu-itu juga ? Perjalanan hidup kadang
terasa begitu berat membelenggu, hidup terkadang terasa hampa dan
melelahkan. Rutinitas hidup membuat kita kehilangan makna dari pencarian
arti hidup itu sendiri. Selalu saja kita dituntut untuk beranjak dari
satu waktu ke waktu yang lain. Siang dan malam berganti begitu cepatnya.
Bangun dari tidur lelap kita di subuh hari, menunaikan sholat, sarapan
pagi, meniti karir hingga tak terasa sore menjelang, dan malam pun
kembali menyalami kita.
Cobalah kita mengurai kembali sejarah hidup kita, apakah masih lekat di ingatan kita bagaimana sosok kita dulu, bocah yang dengan polosnya menghabiskan waktu dengan bermain-main, merangkak perlahan untuk belajar berjalan, bahkan untuk sekedar mengucap alphabet, orang tua kita mengajari kita dengan susahnya. Lalu lihatlah diri kita saat ini, sadarkah ternyata bertahun-tahun masa telah kita lewati. Banyak wajah yang datang silih berganti, hingga menempatkan kita pada kurun waktu tertentu untuk belajar memaknai hidup. Apa kita sudah benar-benar mengerti untuk apa kita hidup? Tersentuhkah kita bahwa ternyata ada sesuatu yang terasa kurang dalam hidup, menjadi seperti dahaga yang terus saja menghampiri. Bagi seorang pemuda, Kerinduan akan pasangan hidup menjadi salah satu alasan mengapa hidup terasa hambar.
Ketentraman hati untuk bisa menjalani hidup dengan pendamping pujaan hati. Namun ketika Allah dengan rahasia-Nya yang unik menganugerahkan seseorang dari tangan-Nya, menjadi bagian terindah dalam separuh masa hidup kita, yakinlah… tetap saja akan terasa sama, karena ketika kita menggantungkan kekosongan jiwa kepada makhluk, ia hanya bisa mengisi ruang hati kita dengan keterbatasan waktu dan ruang yang ia miliki. Maka sekali lagi hanya hampa yang bisa kita dapati. “… Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tentram”.(QS. Ar Ra’d : 28).
Allah-lah yang abadi, tak pernah berhenti mengalirkan mata air kehidupan, sehingga dengannya kita mampu mencukupi dahaga hati ini, mengisi setiap ruang dengan penuh makna dan kedamaian sebanyak yang kita inginkan. Rasulullah pernah bersabda “Demi Allah, tiadalah kehidupan dunia dibandingkan dengan akhirat hanyalah seperti kamu memasukkan jarimu ke dalam laut dan lihatlah air yang terbawa oleh jari itu”. Harta yang melimpah dan status sosial yang baik pada dasarnya tidak akan memberikan kebahagiaan yang hakiki. Saat kematian menjemput, semua itu menjadi tak berarti. Hilang seketika.
“Katakanlah: ‘Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?’ Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaikbaiknya.”( QS. Al Kahfi : 103-104). Bahwasanya menggantungkan setiap langkah kita hanya kepada Allah dan membenarkan ayat-ayat Allah dalam hati, lisan, dan perbuatan; tidak akan pernah membuat kita merasa rugi dan sia-sia menjalani hidup, membuat kita benar-benar yakin dengan apa yang kita kerjakan dalam rentetan waktu yang entah sampai kapan akan berakhir.
Sehingga kita tidak akan kehilangan arah, mengerti dengan pasti untuk apa hidup dan kemana terminal akhirnya. Kebahagiaan yang kita perjuangkan di dunia ini jangan sampai membuat kita melupakan kekalnya negeri akhirat, kenikmatan abadi bersama para bidadari di sebuah taman, yang dibawahnya mengalir sungai-sungai terindah. Allah Swt berfirman ”Dan apa saja yang diberikan kepada kamu, maka itu adalah kenikmatan hidup duniawi dan perhiasannya; sedang apa yang di sisi Allah adalah lebih baik dan lebih kekal. Maka apakah kamu tidak memahaminya?”(QS. Al Qashash : 60). Negeri dunia yang kita tempati saat ini hanyalah satu episode dari alur kisah yang panjang. Kita bermain peran sesuai dengan skenario Allah.
Namun episode yang ada saat ini, tidak lain akan menentukan posisi kita di episode selanjutnya. Saat ini, pada episode dimana kita sedang berkarya demi kemaslahatan hidup dan demi orang-orang yang kita cintai, ada satu hal yang sangat berharga dan jangan sampai kita lupakan. Allah Swt berfirman dalam Surat Al Ma’idah ayat 5 : “…Barangsiapa yang kafir sesudah beriman (tidak menerima hukum-hukum Islam) maka hapuslah amalannya dan ia di hari kiamat termasuk orang-orang merugi”. Mengapa keimanan menjadi penting dalam rutinitas hidup kita di dunia, hal itu karena keimanan menjadi fondasi dalam agama kita. Apapun yang kita lakukan hanya dapat memiliki nilai apabila kita sungguhsungguh mempertahankan iman hingga hembusan nafas terakhir. Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Anas Radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Ada tiga perkara, barangsiapa terdapat dalam dirinya ketiga perkara itu, dia pasti merasakan manisnya iman, yaitu Allah dan Rasul-Nya lebih dicintainya daripada yang lain; mencintai seseorang tiada lain hanya karena Allah; dan tidak mau kembali kepada kekafiran setelah diselamatkan Allah darinya sebagaimana dia tidak mau kalau dicampakkan ke dalam api”.
Cukup jelaslah bagi kita bagaimana menyikapi perjalanan hidup ini sehingga kehampaan dan kesia-siaan tidak membayangi kita. Kita butuh manisnya iman untuk menjalani hidup. Kita butuh ketentraman dan kedamaian hidup dengan selalu mencintai Allah.Saudaraku…, untuk mencintai Allah, tidak ada cara lain selain dengan kita mengenali diri-Nya. Subhanallah, cinta unik yang dapat membuahkan rasa takut, tawakal, pengharapan, ketergantungan diri, dan ketundukan hanya kepada-Nya. Jika kita takut kepada makhluk, maka niscaya kita akan lari darinya namun jika kita takut kepada Allah, tentulah kita akan mendekat kepada-Nya. Ibnul Qoyyim mengatakan: “Allah mengajak hamba-Nya untuk mengenal diri-Nya di dalam Al Qur’an dengan dua cara yaitu pertama dengan melihat segala perbuatan Allah dan yang kedua dengan melihat, merenungi serta menggali tanda-tanda kebesaran Allah. “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tandatanda bagi orang-orang yang berakal.” (QS. Ali Imran : 190).
Demi meraih keridhoan-Nya, kita mampu dengan tulus hati mewujudkan segala bentuk ketaatan dan menjauhi segala larangan-Nya. Ketika orang-orang mengalami gundahgulana dalam hidup, kita tersenyum dengan hati yang tentram karena rasa aman yang Allah anugerahkan. Dan ketika orang-orang dirundung rasa takut menghadapi segala macam problema hidup, kita memiliki keberanian yang tak tersangsikan karena kita yakin bahwa Allah mengerti betul apa yang terbaik untuk diri kita. Kita memang tidak selalu tahu rencana Allah untuk kita, tapi yakinlah bahwa Allah selalu memiliki rahasia yang jauh melebihi kemampuan manusia. Optimisme dalam hidup untuk terus berbuat kebaikan harus ada dalam setiap pribadi muslim. “… dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir”(QS. Yusuf : 87).
Kita tak selalu mendapatkan apa yang kita sukai, oleh karena itu berusahalah kita untuk selalu menyukai apapun yang kita dapatkan. Syukur membuat segala beban hidup kita menjadi ringan, kita pun akan merasakan sebuah kekuatan yang akan tumbuh dari kesederhanaan. Kekuatan untuk bisa berbagi dengan sesama. Manusia adalah makhluk yang lemah, benar-benar memiliki keterbatasan. Sehingga tidak semua apa yang kita inginkan bisa kita dapatkan. Sesungguhnya apa yang telah kita miliki saat ini pun adalah karena luasnya rahmat Allah. Kita tidak mempunyai kuasa dengan apa yang kita miliki.
Jangan sampai Allah mengambil kembali apa yang dititipkan-Nya kepada kita hanya karena kita tidak pandai mensyukuri apa yang telah ada. “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan : Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”(QS. Ibrahim : 7) Bersyukurlah kita kepada Allah, Rabb yang menggenggam segala apapun di semesta. Tiada satu serpih partikel pun yang berada di semesta kecuali semua ada dalam kuasa- Nya. Dengan taburan Rahman dan Rahim-Nya kita masih diberi nafas untuk senantiasa memperbaiki diri. Percayalah, kita penuh dengan kekhilafan, namun dengan ijin Allah, Insya Allah masih ada kesempatan untuk kita menjalani hidup yang hanya satu kali ini dengan senantiasa berada di atas jalan petunjuk-Nya, memaksimalkan wujud ketundukan kita.
Tumpahkanlah air mata penyesalan sebagai tanda taubat kita sehingga Allah ridho mengampuni segala kesalahan kita, memasukkan kita ke dalam golongan hamba-hamba-Nya yang sholeh dan berkenan memasukkan kita ke surga- Nya. Saudaraku… tundukkanlah hati kita, rendahkanlah diri dihadapan-Nya. Semailah benihbenih kebaikan. Negeri akhirat yang abadi sungguh lebih baik dan lebih indah disbanding fatamorgana dunia. Temukan sebuah energi yang dapat membawa perubahan baru bagi diri dan jiwa kita. Hidup tidak akan terasa hampa, tidak pula akan sia-sia. Ada mata air yang tak pernah kering untuk mencukupi dahaga jiwa kita. Insya Allah…
Cobalah kita mengurai kembali sejarah hidup kita, apakah masih lekat di ingatan kita bagaimana sosok kita dulu, bocah yang dengan polosnya menghabiskan waktu dengan bermain-main, merangkak perlahan untuk belajar berjalan, bahkan untuk sekedar mengucap alphabet, orang tua kita mengajari kita dengan susahnya. Lalu lihatlah diri kita saat ini, sadarkah ternyata bertahun-tahun masa telah kita lewati. Banyak wajah yang datang silih berganti, hingga menempatkan kita pada kurun waktu tertentu untuk belajar memaknai hidup. Apa kita sudah benar-benar mengerti untuk apa kita hidup? Tersentuhkah kita bahwa ternyata ada sesuatu yang terasa kurang dalam hidup, menjadi seperti dahaga yang terus saja menghampiri. Bagi seorang pemuda, Kerinduan akan pasangan hidup menjadi salah satu alasan mengapa hidup terasa hambar.
Ketentraman hati untuk bisa menjalani hidup dengan pendamping pujaan hati. Namun ketika Allah dengan rahasia-Nya yang unik menganugerahkan seseorang dari tangan-Nya, menjadi bagian terindah dalam separuh masa hidup kita, yakinlah… tetap saja akan terasa sama, karena ketika kita menggantungkan kekosongan jiwa kepada makhluk, ia hanya bisa mengisi ruang hati kita dengan keterbatasan waktu dan ruang yang ia miliki. Maka sekali lagi hanya hampa yang bisa kita dapati. “… Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tentram”.(QS. Ar Ra’d : 28).
Allah-lah yang abadi, tak pernah berhenti mengalirkan mata air kehidupan, sehingga dengannya kita mampu mencukupi dahaga hati ini, mengisi setiap ruang dengan penuh makna dan kedamaian sebanyak yang kita inginkan. Rasulullah pernah bersabda “Demi Allah, tiadalah kehidupan dunia dibandingkan dengan akhirat hanyalah seperti kamu memasukkan jarimu ke dalam laut dan lihatlah air yang terbawa oleh jari itu”. Harta yang melimpah dan status sosial yang baik pada dasarnya tidak akan memberikan kebahagiaan yang hakiki. Saat kematian menjemput, semua itu menjadi tak berarti. Hilang seketika.
“Katakanlah: ‘Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?’ Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaikbaiknya.”( QS. Al Kahfi : 103-104). Bahwasanya menggantungkan setiap langkah kita hanya kepada Allah dan membenarkan ayat-ayat Allah dalam hati, lisan, dan perbuatan; tidak akan pernah membuat kita merasa rugi dan sia-sia menjalani hidup, membuat kita benar-benar yakin dengan apa yang kita kerjakan dalam rentetan waktu yang entah sampai kapan akan berakhir.
Sehingga kita tidak akan kehilangan arah, mengerti dengan pasti untuk apa hidup dan kemana terminal akhirnya. Kebahagiaan yang kita perjuangkan di dunia ini jangan sampai membuat kita melupakan kekalnya negeri akhirat, kenikmatan abadi bersama para bidadari di sebuah taman, yang dibawahnya mengalir sungai-sungai terindah. Allah Swt berfirman ”Dan apa saja yang diberikan kepada kamu, maka itu adalah kenikmatan hidup duniawi dan perhiasannya; sedang apa yang di sisi Allah adalah lebih baik dan lebih kekal. Maka apakah kamu tidak memahaminya?”(QS. Al Qashash : 60). Negeri dunia yang kita tempati saat ini hanyalah satu episode dari alur kisah yang panjang. Kita bermain peran sesuai dengan skenario Allah.
Namun episode yang ada saat ini, tidak lain akan menentukan posisi kita di episode selanjutnya. Saat ini, pada episode dimana kita sedang berkarya demi kemaslahatan hidup dan demi orang-orang yang kita cintai, ada satu hal yang sangat berharga dan jangan sampai kita lupakan. Allah Swt berfirman dalam Surat Al Ma’idah ayat 5 : “…Barangsiapa yang kafir sesudah beriman (tidak menerima hukum-hukum Islam) maka hapuslah amalannya dan ia di hari kiamat termasuk orang-orang merugi”. Mengapa keimanan menjadi penting dalam rutinitas hidup kita di dunia, hal itu karena keimanan menjadi fondasi dalam agama kita. Apapun yang kita lakukan hanya dapat memiliki nilai apabila kita sungguhsungguh mempertahankan iman hingga hembusan nafas terakhir. Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Anas Radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Ada tiga perkara, barangsiapa terdapat dalam dirinya ketiga perkara itu, dia pasti merasakan manisnya iman, yaitu Allah dan Rasul-Nya lebih dicintainya daripada yang lain; mencintai seseorang tiada lain hanya karena Allah; dan tidak mau kembali kepada kekafiran setelah diselamatkan Allah darinya sebagaimana dia tidak mau kalau dicampakkan ke dalam api”.
Cukup jelaslah bagi kita bagaimana menyikapi perjalanan hidup ini sehingga kehampaan dan kesia-siaan tidak membayangi kita. Kita butuh manisnya iman untuk menjalani hidup. Kita butuh ketentraman dan kedamaian hidup dengan selalu mencintai Allah.Saudaraku…, untuk mencintai Allah, tidak ada cara lain selain dengan kita mengenali diri-Nya. Subhanallah, cinta unik yang dapat membuahkan rasa takut, tawakal, pengharapan, ketergantungan diri, dan ketundukan hanya kepada-Nya. Jika kita takut kepada makhluk, maka niscaya kita akan lari darinya namun jika kita takut kepada Allah, tentulah kita akan mendekat kepada-Nya. Ibnul Qoyyim mengatakan: “Allah mengajak hamba-Nya untuk mengenal diri-Nya di dalam Al Qur’an dengan dua cara yaitu pertama dengan melihat segala perbuatan Allah dan yang kedua dengan melihat, merenungi serta menggali tanda-tanda kebesaran Allah. “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tandatanda bagi orang-orang yang berakal.” (QS. Ali Imran : 190).
Demi meraih keridhoan-Nya, kita mampu dengan tulus hati mewujudkan segala bentuk ketaatan dan menjauhi segala larangan-Nya. Ketika orang-orang mengalami gundahgulana dalam hidup, kita tersenyum dengan hati yang tentram karena rasa aman yang Allah anugerahkan. Dan ketika orang-orang dirundung rasa takut menghadapi segala macam problema hidup, kita memiliki keberanian yang tak tersangsikan karena kita yakin bahwa Allah mengerti betul apa yang terbaik untuk diri kita. Kita memang tidak selalu tahu rencana Allah untuk kita, tapi yakinlah bahwa Allah selalu memiliki rahasia yang jauh melebihi kemampuan manusia. Optimisme dalam hidup untuk terus berbuat kebaikan harus ada dalam setiap pribadi muslim. “… dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir”(QS. Yusuf : 87).
Kita tak selalu mendapatkan apa yang kita sukai, oleh karena itu berusahalah kita untuk selalu menyukai apapun yang kita dapatkan. Syukur membuat segala beban hidup kita menjadi ringan, kita pun akan merasakan sebuah kekuatan yang akan tumbuh dari kesederhanaan. Kekuatan untuk bisa berbagi dengan sesama. Manusia adalah makhluk yang lemah, benar-benar memiliki keterbatasan. Sehingga tidak semua apa yang kita inginkan bisa kita dapatkan. Sesungguhnya apa yang telah kita miliki saat ini pun adalah karena luasnya rahmat Allah. Kita tidak mempunyai kuasa dengan apa yang kita miliki.
Jangan sampai Allah mengambil kembali apa yang dititipkan-Nya kepada kita hanya karena kita tidak pandai mensyukuri apa yang telah ada. “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan : Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”(QS. Ibrahim : 7) Bersyukurlah kita kepada Allah, Rabb yang menggenggam segala apapun di semesta. Tiada satu serpih partikel pun yang berada di semesta kecuali semua ada dalam kuasa- Nya. Dengan taburan Rahman dan Rahim-Nya kita masih diberi nafas untuk senantiasa memperbaiki diri. Percayalah, kita penuh dengan kekhilafan, namun dengan ijin Allah, Insya Allah masih ada kesempatan untuk kita menjalani hidup yang hanya satu kali ini dengan senantiasa berada di atas jalan petunjuk-Nya, memaksimalkan wujud ketundukan kita.
Tumpahkanlah air mata penyesalan sebagai tanda taubat kita sehingga Allah ridho mengampuni segala kesalahan kita, memasukkan kita ke dalam golongan hamba-hamba-Nya yang sholeh dan berkenan memasukkan kita ke surga- Nya. Saudaraku… tundukkanlah hati kita, rendahkanlah diri dihadapan-Nya. Semailah benihbenih kebaikan. Negeri akhirat yang abadi sungguh lebih baik dan lebih indah disbanding fatamorgana dunia. Temukan sebuah energi yang dapat membawa perubahan baru bagi diri dan jiwa kita. Hidup tidak akan terasa hampa, tidak pula akan sia-sia. Ada mata air yang tak pernah kering untuk mencukupi dahaga jiwa kita. Insya Allah…
Wallahu’alam bi showab
Sumber : Wahyu Ridhoni
Sabtu, 11 Agustus 2012
Kenapa Harus Aku Yang Di Uji ?
Alhamdulillah maha suci Allah yang menciptakan persoalan –
persoalan bagi kita, yang dengan persoalan itu seharusnya kita jadi
tambah ilmu, tambah pengalaman, tambah wawasan dan tambah iman.
Memang ada kalanya hidup tidak berjalan sesuai dengan
apa yang kita harapkan. Gelombang ujian dan cobaan seakan tak henti
menerpa. Dari yang hanya membuat kita tertegun sejenak hingga yang
menjadikan kita terkapar tak berdaya karenanya. Pedih dan getirpun
menjadi rasa yang tertuai.
Namun ketika persoalan itu muncul, terkadang yang
terucap dari mulut kita adalah “ Ya allah kenapa harus aku yang di
uji?” seolah – olah menyalahkan dan bersu’udzon kepada allah. seolah
Allah tidak berpihak, sudah tahajjud, shaum senin kamis, shaum daud, kok
Allah tidak berpihak juga ya, pernah tidak seperti itu? Nah jadi kita
ini bukan saja harus menyadari, namun juga harus bertanya pada diri
sendiri, hidup ini untuk apa? jawaban yang tepat untuk ibadah bukan?
sebagaimana firman Allah dalam surat Adz-Dzariyaat:56 yang artinya "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah (ibadah) kepada-Ku".
Kalau begitu tidak ada alasan untuk bersedih, apalagi
setelah kita merenungi hadits Rasulullah SAW yang kutipannya seperti
ini, bahwa Allah sedang memilih kepada siapa cinta-Nya akan
diberikan, kemudian Allah akan menguji hambanya dengan memberi
cinta-Nya apabila hambanya dapat sabar dalam cobaannya itu Allah akan
memilihnya untuk memberikan cinta-Nya dan apabila dia ikhlas, maka
Allah akan menggugurkan dosa-dosanya dan ridho Allah ada beserta
hambanya yang ridho dan ikhlas.Jadi kalau lagi susah hati itu bukan
berarti Allah tidak berpihak, kenapa? karena Allah sedang menguji
kita dalam keadaan tidak berkenan, tidak enak, tidak menyenangkan,
cinta kita kepada Allah harus tetap tinggi. Adanya kesedihan yang
muncul, adanya fikiran kondisi tersebut karena Allah tidak berpihak,
jangan sampai membuat kita larut didalamnya, kenapa? karena kalau dalam
keadaan begitu Allah memanggil kita kemudian wafat, kita bagaimana?
Idealnya kita hidup di dunia ini ingin merasakan
kebahagiaan dan ketenangan. Tapi ternyata justru yang namanya hidup,
pasti penuh dengan ujian, sebuah keniscayaan yang telah jadi
sunatullohNya. Pada dasarnya kehidupan kita adalah kumpulan dari m
asalah demi masalah. Bahwa pergantian dan perpindahan dari satu waktu
ke waktu yang lain adalah perpindahan dan pergantian masalah demi
masalah. Karena hidup adalah tempatnya ujian atau masalah. Sebagaimana
firmannya :
“ Dan kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah – buahan. Dan
sampaikanlah kabar gembira kepada orang – orang yang sabar “ (Q.S Al baqarah : 155 )
“ Sesungguhnya kami telah menjadikan apa yang ada di bumi
sebagai perhiasan baginya, untuk kami menguji mereka siapakah
diantaranya yang terbaik perbuatannya” ( Q.S al Kahfi : 7 )
“ Apakah mereka mengira bahwa mereka akan di biarkan hanya
dengan mengatakan “kami telah beriman” dan mereka tidak di uji? Dan
sungguh, kami telah menguji orang – orang sebelum mereka, maka allah
pasti mengetahui orang – orang yang benar dan pasti mengetahui orang –
orang yang dusta” ( Q.S Al Ankabut 2- 3 )
karena hidup itu warna warni. ada suka, ada juga
duka, ada tertawa ada menangis. Kita senantiasa berhadapan dengan
masalah. Hanya saja kadarnyamasalah itu berbeda – beda sesuai
tingkatan kemampuan seseorang dalam memikulnya. Karena hidup tidak
selamanya merasakan kebahagiaan saja pun tidak hanya merasakan
kesedihan saja, setiap manusia pasti memiliki episodenya masing-masing.
Yang menjadi masalah sebenarnya bukan pada masalahnya, namun masalah
yang utama adalah sikap kita terhadap suatu masalah. Dengan masalah
yang sama ada yang bersyukur, dan yang lain ada sebaliknya. Rasulullah
bersabda : “Sesungguhnya urusan orang beriman itu selalu baik,
apabila di timpa kebaikan ia bersyukur dan syukur itu baik baginya. Dan
apabila ia di timpa kesusahan ia bersabar dan sabar itu baik baginya.”
Sebuah contoh sederhana, ketika seseorang kehilangan
sepasang alas kakinya, sandal atau sepatu miliknya, pada detik itu ia
merasa mendapat musibah, namun tidak lama menjelang ia melihat orang
yang kehilangan kakinya, iapun bersyukur. Kenapa? Karena dirinya hanya
kehilangan alas kakinya saja, sementara saudaranya kehilangan kaki yang
tidak ternilai harganya. Subhanalloh. Jadi sebenarnya jangan takut
oleh persoalan hidup apapun, tapi takut salah menghadapi persoalan
hidup. yang harus terus kita yakini bahwa getirnya hidup, tidaklah
menandakan rahmat allah telah sirna, perihnya cobaan, bukanlah isyarat
bahwa kemurkaan allah sedang menggelayuti kehidupan ini. Sebaliknya,
getir dan perihnya rasa yang kita alami dapat menjadi tanda bahwa allah
sedang menghapus dosa – dosa yang pernah kita perbuat. Karena ada dosa
yang tidak bisa di hapuskan kecuali oleh rasa getir dan perih. Ada
dosa yang tidak bisa terhapus hanya oleh air mata penyesalan. Ketika
pedihnya terasa, disanalah dosa akan terampuni. Saat getirnya membuncah
di situlah kesucian akan tertuai. Hasilnya hatipun menjadi tenang dan
keberkahan hidup menjadi jaminan.
Bila air dari gelas tumpah, apalah perlunya pikiran
dan hati tenggelam dalam kesedihan dan kekecewaan berlarut-larut.
Biarlah semuanya terjadi sesuai dengan ketetapan Allah. Kuatkan pikiran
kita untuk mencari air yang baru. Dengan demikian, Insya Allah
tumpahnya air akan menjadi keuntungan karena kita mendapatkan pahala
sabar serta pahala ikhtiar. Apa yang memang menjadi jatah kita di
dunia, entah itu rizki, jabatan atau kedudukan, pasti akan Allah
sampaikan. Tetapi apa yang memang bukan milik kita, ia tidak akan bisa
kita miliki. Meski ia nyaris menghampiri kita, meski kita mati-matian
mengusahakannya.
"Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula)
pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh)
sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah
mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu
jangan berdukacita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu
jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan
Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.." (al-Hadiid: 22-23)
Jadi ketika persoalan hidup datang menghampiri kita, apa yang harus kita lakukan? Yang pertama adalah Hati siap menghadapi yang cocok dengan keinginan dan siap menghadapi yang tidak cocok dengan keinginan. “
Boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan
boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah
mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui “ ( Q.S Al Baqarah : 216
) karena jelek menurut kita belum tentu jelek juga menurut allah, ilmu
allah sangat luas sedangkan ilmu kita sangatlah terbatas, siapa tahu
yang menurut kita itu jelek, ternyata itu adalah jalan kebaikan bagi
kita. Seperti minum jamu, diawal ketika kita meminumnya, kita akan
merasakan pahitnya jamu, tapi coba kita rasakan setelah minum jamu,
badan menjadi terasa lebih sehat, begitu juga dengan ujian yang datang
menimpa kita, pahit memang, getir juga iya, tapi ketika kita bisa
menyikapi ujian yang kita hadapi itu dengan berhusnudzan pada allah,
maka tidak hanya hati kita yang menjadi tenang, tapi akhlak menjadi
cemerlang dan allah pun pasti akan sayang. Kita boleh saja menangis,
tapi ini bukanlah akhir dari segalanya. Bukan kah selama ini kita
meminta pada allah untuk di tunjukkan jalan yang terbaik? Dan mungkin
iniah caranya allah untuk menunjukkan kepada kita mana jalan yang
terbaik bagi kita. Jika dengan datangnya ujian ini bisa menjadikan kita
menjadi lebih mengenal, dekat dan lebih cinta kepada allah kenapa kita
harus tidak rela? Ketika ujian ini bisa membuat kita memperbaiki diri
kenapa kita harus kecewa? Yang penting tugas kita adalah luruskan niat,
ibadah dan ikhtiar kita sempurnakan, selanjutya terserah allah, karena
tugas kita bukan menentukan segala – galanya.
Manusia hanya tahu apa yang telah terjadi dan
dialaminya, akan tetapi ia tidak tahu apa yang akan terjadi di masa
datang. Karena itu manusia perlu mendasarkan semua yang diinginkan dan
diusahakannya menurut ketentuan Allah dan dalam batas-batas yang
diridlai-Nya. Segala sesuatu yang terjadi, tidak ada yang di luar
kehendak Allah. Orang yang teguh imannya kepada Allah, ia yakin bahwa
tidak ada sesuatu yang terjadi secara kebetulan. Oleh karena itu orang
beriman tidak mengenal putus asa. Jika terjadi sesuatu yang tidak
menyenangkan atas dirinya, ia segera ingat kepada Allah. Boleh jadi ada
hikmahnya, yang saat ini ia belum mengetahuinya, ia dapat menghindari
rasa kecewa. Firman Allah: Mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak (Q. S. 4 : 19)
Langkah yang kedua adalah kalau sudah terjadi harus Ridho.
Karena tidak ridho pun tetap terjadi. Orang itu menderita bukan karena
kenyataannya, tapi karena tidak bisa menerima kenyataan. Dan orang
yang enak itu adalah orang yang bisa menghadapi kenyataan. Karena
ridho itu sendiri adalah menerima kenyataan sambil memperbaiki keadaan.
Terkadang kita sering mengeluh pada allah, “ Ya allah, kenapa ujianku
seberat ini?” ingat “Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya itu”
(Q.S Al Baqarah : 286) Allah maha tahu kadar kesanggupan kita dalam
menghadapi ujiannya itu. Dan kita pasti mampu untuk menghadapinya.
Ketika ingin naik jabatan, kita rela bekerja sebaik mungkin demi
mendapatkan posisi yang kita inginkan,dan kita begitu senang ketika
sudah mendapatkannya, apalagi ini, ujian yang kita hadapi ini tidak
lain adalah agar kita menjadi hamba yang tinggi derajatnya di sisi
allah, apakah kita tidak merasa bangga, karena kita adalah hamba yang
masih di perhatikan dan di sayangi olehNya.
Langkah yang ketiga, ketika kita di uji adalah jangan mempersulit diri, Yassiru walaa tuassiru ya allah mudahkanlah jangan di persulit. lantas apakah kita harus frustasi dan berputus asa?
“ Dan janganlah kamu merasa lemah dan jangan pula kamu bersedih
hati, sebab kamu paling tinggi derajatnya, jika kamu orang yang
beriman” ( Q.S Ali Imran : 139 )
“ Janganlah kamu berputus asa dari rahmat allah, sesungguhnya
allah mengampui dosa – dosa semuanya. Sungguh dia lah yang maha
pengampun dan maha penyayang”( Q.S Az Zumar :53 )
“Janganlah kamu berputus asa dari rahmat allah sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat allah kecuali orang kafir “ ( Q.S Yusuf : 87 )
Ayat – ayat di atas tentulah sudah cukup menjelaskan bagaimana
kita harus menyikapi suatu ujian, Saat ini kita takut kehilangan, mulai
saat ini kita tidak takut lagi, rezeki kita di tahan,tenang saja,
sejak dari rahim 4 bulan, allah sudah takdirkan rezeki kita. kalau kita
sedang ada masalah, tenang saja, karena tidak tenangpun tetap muncul
masalah. jadi tidaklah benar jika datangnya ujian menghampiri kita,
membuat kita semakin terpuruk, atau bahkan lebih parah lagi nyaris
bunuh diri karena tidak sanggup menghadapinya. Naudzubillah.
Selanjutnya yang ke empat adalah evaluasi diri.
Tafakuri diri, kenapa ini terjadi, Karena tidak ada suatu kejadian
tanpa seizin allah dan tidak ada sesuatu yang kebetulan melainkan atas
kehendaknya. Tayakan dengan jujur pada diri sendiri apa salah saya? Apa
perbaikan yang harus saya lakukan. dan berusaha untuk berubah menjadi
lebih baik.
Kita harus siap ketika ujian dan cobaan akan terus
menerus datang menghampiri. Ia tidak akan hilang hingga segala karat –
karat dosa kita terkikis olehnya. Seperti buah kelapa, untuk dapat
diambil santannya ia harus di jatuhkan terlebih dahulu dari pohonnya
yang tinggi, kemudian kulitnya harus di kelupas dengan paksa hingga tak
tersisa lagi.setelah bersih, ia lalu di belah menjadi beberapa bagian.
setelah itu, potongan – potogan kelapa tersebut lalu di parut hingga
hancur dan hanya menyisakan ampasnya. Apakah telah selesai? Tentu saja
belum, karena ampas kelapa itu akan diperas hingga keluarlah santan,
yang di sana manfaatnya baru terasa. Begitu juga sifat dari ujian dan
cobaan, ia akan terus melumat dan menghancurkan segalanya, hingga yang
tersisa adalah bagian – bagian dari diri kita yang secara kualitas,
telah siap menjadi para pencintaNya.
Lalu kapan ujian ini akan segera berakhir? ingat
rumus puasa, kita menahan lapar dan haus karena yakin sebentar lagi
akan tiba saatnya untuk berbuka. hujan pasti berakhir, badai pasti
berlalu dan malam akan berganti siang. semakin beratnya ujian justru
semakin dekat dengan jalan keluar.
“maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan”
( Q.S Al Insyirah : 5-6 ) Setiap satu kesulitan di apit oleh dua
kemudahan. Dan rumus dalam menyikapinya adalah HHN ( Hadapi Hayati dan
Nikmati ) tidak akan kemana – mana pasti akan ada ujungnya.
Yakinlah bahwa setiap masalah sudah terukur oleh allah
yang maha mengetahui kesanggupan hambanya dalam menerima ujian dan
masalah. Hanya kita sering berprasangka buruk pada allah dan membatasi
diri. Apabila kita berfikir berat, maka akan berat terasa masalahnya.
Demikian juga sebaliknya. Berhati – hatilah dengan fikiran kita, karena
ia akan menjadi perkataan kita, dan berhati – hatilah dengan perkataan
karena ia akan menjadi perbuatan, berhati – hatilah dengan perbuatan
karena akan menjadi kebiasaan, serta kebiasaan akan membentuk watak
/akhlak.
Lalu pada siapa aku harus berharap? Dan inilah langkah yang kelima Bersandar hanya pada allah.”Cukuplah allah bagiku, tidak ada tuhan selain Dia dan hanya kepadaNya aku bertawakal.”
(Q.S At Taubah : 129). Orang yang bersandar terhadap sesuatu takut
sandarannya hilang, seorang istri yang bersandar kepada suami, takut
kehilangan suaminya, Bagi kita sebagai orang beriman, cukuplah allah
saja yang menjadi penolong kita. Ia menjadi penentu segala – galanya.
Jadikan setiap masalah menjadi bahan evaluasi diri, jalan memperbaiki
diri dan jalan mendekat kepada allah. Bagaimana caranya? “ wahai orang – orang yang beriman mohonlah pertolongan kepada allah dengan sabar dan shalat, sungguh allah beserta orang-orang yang sabar”
(Q.S Al Baqarah : 153) Memohonlah kepada allah untuk segera di beri
jalan keluar dari setiap masalah, tingkatkan terus ibadah kita kepada
allah, perbaiki shalat kita serta jangan lelah untuk bersabar.
Berusahalah untuk menjadi orang yang bertakwa, karena tidak akan rugi,
ketika kita berusaha untuk menjadi orang yang bertakwa, maka allah akan
memberi kita jalan keluar dari setiap masalah dan akan memberi kita
rezeki dari arah yang tidak di sangka – sangka. kita hidup tidak
sendiri. Selalu ada Allah dalam hati dan hidup kita dan Allah tidak
akan membiarkan Hamba-Nya dalam keterpurukan yang berkepanjangan.
Karena itu, saat ujian dan cobaan datang, Segeralah
bertaubat agar tak hanya pintu taubat yang terbuka, namun status
menjadi pencintaNya pun akan menjadi milik kita, tetapi bila ujian dan
cobaan itu belum tiba, jangan terlena olehnya. Tetaplah mendekatkan
diri padaNya dan selalu menempatkan allah sebagai satu – satunya tujuan
dalam hidup kita. Semua orang punya masalah, maka sebaiknya permohonan
kita kepada allah bukanlah tidak punya masalah tetapi mintalah
kepadaNya agar kita di beri kekuatan untuk menghadapi setiap masalah.
Karena semua masalah dan ujian adalah bagian dari tabiyah Allah atas
kualitas hambanya. Pasti ada kebaikan di balik setiap masalah yang
menimpa kita. jangan pernah khawatir karena sudah pasti Allah mempunyai
rahasia dibalik semuanya. Yakinlah dengan semua ujian yang Allah
berikan.“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu’min, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka”. (Q.S At Taubah : 111 )
Semoga Allah menggolongkan kita menjadi hamba-hambanya
yang penuh semangat dan gairah hidup untuk menyempurnakan ikhtiar di
jalan yang diridhai-Nya, sehingga hidup singkat di dunia benar-benar
penuh kesan dan arti. Kita hidup didunia harus jelas
tujuannya.cita-cita terbesar dalam hidup kita ialah berjumpa dengan
Allah SWT. Mengingat mati, tidak pernah menyia-nyiakan waktu. Setiap
detik diisi dengan penuh semangat memperbaiki diri dan berbuat yang
terbaik. Semoga kita digolongkan menjadi hamba-hamba yang dicintai
Allah SWT. kuncinya hanya satu: kesadaran penuh bahwa hidup didunia ini
hanya mampir sebentar saja karena memang bukan disinilah tempat kita
yang sebenarnya. Asal usul kita adalah dari surga dan tempat itu yang
memang layak bagi kita. Jika berminat dan bersungguh-sungguh berjuang
untuk mendapatkannya, maka Allah pun sebenarnya sangat ingin membantu
kita untuk kembali ke surga.
Kita memang harus bertindak cermat agar "sang umur",
sebagai modal hidup kita, benar-benar efektif dan termanfaatkan dengan
baik. Sebab, bisa jadi kita tak lama lagi hidup di dunia ini. Akankah
sisa umur ini kita habiskan dengan kesengsaraan dan kecemasan padahal
semua itu sama sekali tidak mengubah apapun, kecuali hanya menambah
tersiksanya hidup kita? Tidak!, sudah terlalu lama kita menyengsarakan
diri. Harus kita manfaatkan sisa umur ini dengan sebaik-baiknya agar
mendapat kebahagiaan kekal di dunia dan di akhirat nanti.
Wallahualam bis shawab.
“Ya Allah wahai yang maha tahu segala urusan dan masalah diri
kami, berikan kepada kami kelapangan hati ya allah, kejernihan fikiran
dan kelapangan qolbu. Agar setiap masalah yang engkau timpakan kepada
kami membuat kami semakin mengenal keagunganMu, semakin mengenal
kekurangan diri, dan semakin mengenal jalan pulang kepadaMu. Ya Allah
dosa kami begitu banyak, sedangkan taat kami sedikit, ampuni segala
dosa yang kami lakukan sebanyak apapun dosa itu, sebesar apapun dosa
yang kami lakukan. Sebengkok apapun jalan yang kami tempuh luruskan,
segelap apapun jalan hidup kami terangkanlah dengan nur hidayahMu,
Sesulit apapun masalah yang kami hadapi, mudahkanlah ya Robbana …“
Allah Maha Pengampun Lagi Maha Penerima Taubat
Pada suatu hari
Umar bin Khathab masuk ke rumah Rasulullah SAW dalam keadaan menangis,
padahal beliau terkenal orang yang keras dan kuat hati.
"Di
depan pintu Rasulullah SAW ini, ada seorang pemuda yang menangis
tersedu-sedu. Aku terharu melihatnya, hingga aku sendiri turut
menangis."
Rasulullah
SAW berkata, "Perintahkan dia masuk!" Anak muda itu pun masuk ke rumah
Rasulullah SAW dalam keadaan masih mencucurkan air mata.
Rasulullah SAW bertanya, "Apakah sebabnya engkau menangis, wahai anak muda?"
"Aku menangis mengenang dosaku yang amat banyak. Saking banyaknya, rasanya pundakku tiada kuasa lagi memikulnya.", jawab anak muda.
"Aku menangis mengenang dosaku yang amat banyak. Saking banyaknya, rasanya pundakku tiada kuasa lagi memikulnya.", jawab anak muda.
Terjadilah tanya jawab antara Rasulullah SAW dengan pemuda itu.
Rasulullah SAW bertanya, "Apakah engkau menyekutukan Tuhan, syirik?"
"Tidak!" jawab pemuda.
"Kalau demikian, Tuhan akan mengampuni dosa-dosamu, walaupun dosamu itu seberat langit, bumi dan gunung," sahut Rasulullah SAW.
Rasulullah SAW bertanya, "Apakah engkau menyekutukan Tuhan, syirik?"
"Tidak!" jawab pemuda.
"Kalau demikian, Tuhan akan mengampuni dosa-dosamu, walaupun dosamu itu seberat langit, bumi dan gunung," sahut Rasulullah SAW.
"Dosaku lebih berat daripada itu lagi," kata pemuda itu.
"Apakah dosamu itu lebih berat dari seluruh tahta?" tanya Rasulullah SAW.
"Memang, lebih berat dari itu, ya Rasulullah," jawab pemuda itu.
"Apakah dosamu itu lebih berat dari seluruh tahta?" tanya Rasulullah SAW.
"Memang, lebih berat dari itu, ya Rasulullah," jawab pemuda itu.
Rasulullah SAW bertanya lagi, "Apakah lebih berat daripada Arsy?"
Jawab pemuda itu, "Lebih berat lagi!"
"Apakah dosamu itu lebih berat dari Tuhanmu sendiri, yang mempunyai sifat pengampun dan penerima taubat?" sahut Rasulullah SAW.
Jawab pemuda itu, "Tidak ya Rasulullah, ampunan Tuhan lebih berat daripada dosaku. Tidak ada sesuatu yang lebih berat daripada ampunan Tuhan."
Jawab pemuda itu, "Lebih berat lagi!"
"Apakah dosamu itu lebih berat dari Tuhanmu sendiri, yang mempunyai sifat pengampun dan penerima taubat?" sahut Rasulullah SAW.
Jawab pemuda itu, "Tidak ya Rasulullah, ampunan Tuhan lebih berat daripada dosaku. Tidak ada sesuatu yang lebih berat daripada ampunan Tuhan."
Tanya Rasulullah SAW, "Terangkanlah dosa yang telah engkau lakukan itu, dan jangan engkau segan dan merasa malu-malu."
Akhirnya,
anak muda itu menerangkan, "Saya bekerja sebagai penjaga kuburan,
sudah tujuh tahun lamanya. Pada suatu hari, meninggal seorang budak
perempuan milik seorang golongan Anshar, dan dikuburkan di pemakaman
yang saya jaga itu. Saya digoda oleh iblis sehingga diwaktu malam aku
bongkar kuburan itu kembali. Saya curi kain kafan yang membalut mayat
wanita itu. Kemudian saya meninggalkan tempat itu.
Pada
suatu ketika yang lain, saya berjalan kembali ke dekat kuburan itu.
Tiba-tiba wanita yang sudah mati itu bangkit dari kuburnya dan berkata
kepada saya dengan suaranya yang lantang, "Celakalah engkau hai anak
muda! Tidakkah engkau melakukan perbuatan kejam terhadap seorang wanita
yang tidak berdaya lagi? Sampai hatikah engkau membiarkan aku menghadap
Tuhan dalam keadaan telanjang?"
Mendengar
keterangan itu, maka Rasulullah SAW sangat marah seraya berkata,
"Engkau memang seorang yang fasik dan akan masuk neraka!"
Seketika
itu juga beliau mengusir anak muda itu. Dengan gemetar tetapi masih
dalam keadaan kesadaran, anak muda itu menyesali perbuatannya itu tiada
putus-putusnya. Setiap malam ia berkhalwat dan tak habis-habisnya
menyesali perbuatannya yang zalim itu.
Dia
selalu memohon do'a kepada Tuhan, "Ya Tuhanku, aku menyatakan taubat
dari perbuatan yang sesat itu. Jika Engkau, ya Tuhan, masih memberikan
ampunan atas dosa yang aku perbuat itu, maka sampaikan hal itu kepada
Rasulullah SAW. Jika dosaku itu memang tidak Engkau ampuni lagi, maka
turunkanlah api dari langit untuk membakar kulitku sehingga aku menjadi
hangus, sebagai balasan atas dosa yang aku lakukan itu."
Sementara
tidak berapa lama, kemudian Malaikat Jibril menyampaikan kepada
Rasulullah SAW wahyu yang menyatakan bahwa Tuhan mengampuni dosa anak
muda itu, sebab taubatnya itu dilakukan dengan tulus ikhlas.
Setelah wahyu turun, maka Rasulullah SAW memanggil anak muda itu menyampaikan kepadanya berita yang menggembirakan itu.
(SELESAI)
Raihlah ridho-nya
Siapa yang ingin meraih ridho atas ketentuan Allah Azza wa-Jalla
hendaknya ia terus mengingat kematian. Karena dengan mengingatnya
meringankan beban musibah dan bencana. Dan anda jangan berhasrat pada
dirimu, hartamu, pada anakmu. Namun ucapkan, “Tuhanku lebih tahu tentang
diriku dibanding diriku sendiri.”
Bila anda bisa melanggengkan itu, anda akan didatangi oleh kelezatan ridho dan keselarasan dengan kehendakNya. Maka, bencana dengan akar dan rantingnya akan sirna, lalu datanglah gantinya, berupa nikmat-nikmat dan kebajikan. Sepanjang anda beserasi dengan ridho, disaat bencana datang, justru nikmat-nikmat yang bakal tiba dari berbagai arah dan tempat.
Namun sungguh celaka anda ini, hai orang yang alpa pada Allah Swt. Janganlah anda sibuk menjauhiNya dan mencari selain Dia. Sudah berapa lama anda memburu keleluasaan rejeki, tetapi malah menjadi bencana bagimu, sedangkan anda tidak tahu kebaikan itu ada dimana.
Mulailah anda diam dan berselaraslah denganNya, carilah ridhoNya atas tindakan-tindakanNya dan bersyukur dalam berbagai situasi. Karena berlimpahnya rejeki malah menjadi bencana manakala tidak disertai syukur. Begitu juga sempitnya rejeki menjadi bencana manakala tidak disertai sabar. Syukur menambah nikmat padamu dan mendekatkanmu kepada Allah Azza wa-Jalla. Sementara sabar meneguhkan langkah-langkah hatimu, menolongmu, menguatkanmu, menguntungkan dirimu. Akibat sabar adalah terpujinya seseorang di dunia dan akhirat. Karena kontra kepada Allah Azza wa-Jalla berarti menzalimi hati dan wajah.
Wahai orang bodoh, gantilah kesibukanmu yang terus menentang Tuhanmu dengan kesibukan memohon kepadaNya Azza wa-Jalla, teruslah demikian sampai hilang bencana dan cobaan, serta api cobaan sirna.
Anda wahai orang yang mengaku berserasi dengan kehendak Allah Azza wa-Jalla, yang mengaku melihat khazanah perbendaharaan rahmatNya dan cintaNya memohonlah kepada Allah Azza wa-Jalla manakala anda ada di JalanNya, sebelum sampai di hadapanNya.
Bila anda bingung, katakan, “Wahai Dzat yang memberi petunjuk bagi orang-orang bingung, tunjukkanlah padaku.”
Bila anda lemah dan kehilangan kesabaran, ucapkanlah : “Wahai Tuhanku, tolonglah aku, dan sabarkanlah diriku, bukakanlah jalan keluar bagiku.”
Namun bila anda telah sampai (wushul) dan hatimu sudah masuk di hadapanNya serta dekat padaNya, maka tidak ada lagi permohonan yang harus diutarakan, melainkan diam dan menyaksikanNya. Anda menjadi tamuNya, dan tamu yang baik tidak menginginkan apa-apa, justru harus berbudi adab yang bagus. Tidak makan kecuali yang disuguhkan, mengambil apa yang diberi. Kecuali jika ditanyakan, “Anda ingin sesuatu?”. Ia pun berkeinginan itu, sebagai bentuk pelaksanaan perintah, bukan karena pilihannya sendiri.
Meminta itu, berarti jauh dariNya. Sedangkan diam, berarti dekat denganNya.
Orang-orang arif senantiasa tidak mengenal kecuali Al-Haq Azza wa-Jalla. Semua bentuk ketergantungan putus dan semua sebab akibat sirna dari hatinya. Bahkan seandainya tidak ada makanan dan minuman berhari-hari dan berbulan-bulan ia tidak peduli dan tidak berubah. Karena Allah azza wa-Jalla memberikan makanan kepada mereka, konsumsi yang sesuai dengan kehendakNya.
Siapa yang mengaku mencintai Allah Azza wa-Jalla, tetapi masih mencari selain Dia, berarti ia dusta dalam mencintaiNya. Namun jika ia dicintaiNya, ia telah wushul menjadi tamuNya, dan begitu dekat denganNya, lalu dikatakan padanya, “Carilah,…”, dan anda memang menginkannya, maka ucapkanlah, “Terserah apa yang Engkau Kehendaki, karena KehendakMu itu bebas…”.
Sang pecinta senantiasa tergenggam, dan yang dicintai senantiasa menghamparkan keleluasaan. Bagi pecinta segalanya terlarang, bagi yang dicinta meraih segalanya. Sepanjang hamba menjadi pecinta ia senantiasa bimbang, tercabik-cabik, dan penuh upaya sepanjang waktu. Bila ia telah kembali kepadaNya, ia menjadi tercinta. Segalanya jadi terbalik pada haknya. Datanglah kemudahan-kemudahan, kesejahteraan, tenang, rizki melimpah dan makhluk lain patuh padanya. Semua itu berkah kesabaran dan keteguhan pada situasi mencintaiNya. Kedekatan hamba hanya bagi Allah Azza wa-Jalla, sedangkan cintanya Allah azza wa-Jalla pada hambaNya, bukan seperti cintanya makhluk pada sesamanya. Karena Tuhan kita Azza wa-Jalla:
“Tidak satu pun yang menyamaiNya, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (Asy-Syuura : 11)
Jadikan padanan itu hanya pada sesama manusia. Maka carilah pemahaman dariNya, carilah kebaikan qalbu dariNya. Karena Dia senantiasa memberikan keluasan kebajikan qalbu pada yang dikehendakiNya, Dialah yang memperbanyak rizki qalbu pada yang dikehendakiNya.
Salah satu dari kaum Sufi hatinya begitu luas melampaui langit dan bumi, sehingga hatinya seperti Tongkat Musa as. Tongkat Nabi Musa as, pada awalnya adalah hikmah, kemudian menjadi qudroh (memiliki kemampuan). Tongkat itu digunakan membawa bekalnya manakala ia tidak mampu membawanya. Tongkat itu bisa jadi kendaraan yang dinaiki, manakala ia tidak mampu berjalan. Tongkat itu bisa menolak bahaya, sedangkan ia sedang duduk dan tidur. Bahkan bisa berbuahkan buah-buahan dari berbagai jenis buah dan menjadi payung ketika ia duduk. Allah menampakkan kekuasanNya dalam tongkat itu, lalu Nabi Musa merasa bahagia dengan KekuasaanNya melalui perantara tongkat itu. Katika Allah Azza wa-Jalla menjadikan dirinya sebagai Nabi, dan memberikan ke-taqarrub-an, mengajaknya bicara dan memberikan tugas padanya, Allah berfirman pada Nabi Musa as. :
“Apa yang ada di tangan kananmu wahai Musa?” Maka Musa menjawab, “Inilah tongkatku, aku gunakan pegangan (bertelekan) padanya, dan aku gunakan menggembala kambingku, dan bagiku ada kegunaan lain padanya.” (Thaha 18)
Kemudian Allah Azza wa-Jalla berfirman, “Lemparkanlah tongkatmu…” Tiba-tiba menjadi ular besar, dan Musa lari dari ular itu. Maka Allah Azza wa-Jalla berfirman:
“Ambillah ia, dan jangan takut. Kami akan mengembalikannya (jadi tongkat lagi)”. (Thaha 21)
Tujuan utama dari itu adalah menampakkan Kekuasaan Allah Swt, sehingga imperium Fir’aun terasa hina, sekaligus menegaskan perang melawan Fir’aun dan pasukannya, dan keluarbiasaan itu sebagai piranti untuk memerangi mereka dan menampakkan hal yang luar biasa. Di awalnya memang menimpulkan rasa sesak di hati dan dada, kemudian Allah melapangkannya, dan memberikan hukum, kenabian dan pengetahuan kepada Musa as.
Hai bodoh, ini pun KekuasaanNya, namun tetap dilalaikan dan diingkari. Karena itu jangan anda melupakan Dzat yang tak pernah lupa padamu, jangan anda alpa pada Yang tidak pernah melupakanmu. Ingatlah pada mati, karena malaikat maut yang siap mencabut nyawa mereka. Karena itu kemudaanmu, hartamu dan semua yang engkau miliki tidak akan pernah memperdayaimu, karena tidak lama lagi akan diambil semua darimu. Sementara anda hanya mengenang keteledoranmu dan sia-siamu di hari-hari ini, penuh dengan tindak kebatilan. Anda menyesal, dan tak ada penyesalan kemudian.
Tidak lama lagi anda mati, dan anda baru ingat kata-kataku, nasehatku padamu dan anda sangat berharap agar aku ada disampingmu ketika engkau dalam kuburmu, mendengarkan saran nasehatku.
Karena itu berusahalah dengan serius untuk menerima kata-kataku dan mengamalkannya, hingga engkau bersamaku di dunia dan akhirat. Berbaiksangkalah padaku sampai anda mengambil manfaat ucapanku, lalu berbaiksangkalah pada selainmu, namun berburuk sangkalah pada nafsumu. Bila anda melakukan tindakan ini, anda bisa meraih manfaat dan yang lain mendapatkan manfaat darimu.
Sepanjang anda dengan selain Allah azza wa-Jalla, maka anda terus susah dan gelisah, syirik dan berat.
Keluarkanlah makhluk dari hatimu dan bersambunglah dengan Allah azza wa-Jalla, maka anda akan melihat sesuatu yang tak terbayang mata, dan tak pernah terbesit di telinga, tidak pula terlintas di hati manusia. Inilah yang anda ada di dalamnya, dalam kondisi anda tidak benar dan tidak sempurna. Karena prinsip dasarnya masih ada yang lain, bukan Dia sebagai penentu. Dia terbuang, dan anda telah membangun keruntuhan.
Bertaubatlah kepada Allah azza wa-Jalla dan mohonlah perubahan posisi anda kepadaNya., yang berupa ambisi duniawimu dan kontra akhirat itu.
Bila anda bisa melanggengkan itu, anda akan didatangi oleh kelezatan ridho dan keselarasan dengan kehendakNya. Maka, bencana dengan akar dan rantingnya akan sirna, lalu datanglah gantinya, berupa nikmat-nikmat dan kebajikan. Sepanjang anda beserasi dengan ridho, disaat bencana datang, justru nikmat-nikmat yang bakal tiba dari berbagai arah dan tempat.
Namun sungguh celaka anda ini, hai orang yang alpa pada Allah Swt. Janganlah anda sibuk menjauhiNya dan mencari selain Dia. Sudah berapa lama anda memburu keleluasaan rejeki, tetapi malah menjadi bencana bagimu, sedangkan anda tidak tahu kebaikan itu ada dimana.
Mulailah anda diam dan berselaraslah denganNya, carilah ridhoNya atas tindakan-tindakanNya dan bersyukur dalam berbagai situasi. Karena berlimpahnya rejeki malah menjadi bencana manakala tidak disertai syukur. Begitu juga sempitnya rejeki menjadi bencana manakala tidak disertai sabar. Syukur menambah nikmat padamu dan mendekatkanmu kepada Allah Azza wa-Jalla. Sementara sabar meneguhkan langkah-langkah hatimu, menolongmu, menguatkanmu, menguntungkan dirimu. Akibat sabar adalah terpujinya seseorang di dunia dan akhirat. Karena kontra kepada Allah Azza wa-Jalla berarti menzalimi hati dan wajah.
Wahai orang bodoh, gantilah kesibukanmu yang terus menentang Tuhanmu dengan kesibukan memohon kepadaNya Azza wa-Jalla, teruslah demikian sampai hilang bencana dan cobaan, serta api cobaan sirna.
Anda wahai orang yang mengaku berserasi dengan kehendak Allah Azza wa-Jalla, yang mengaku melihat khazanah perbendaharaan rahmatNya dan cintaNya memohonlah kepada Allah Azza wa-Jalla manakala anda ada di JalanNya, sebelum sampai di hadapanNya.
Bila anda bingung, katakan, “Wahai Dzat yang memberi petunjuk bagi orang-orang bingung, tunjukkanlah padaku.”
Bila anda lemah dan kehilangan kesabaran, ucapkanlah : “Wahai Tuhanku, tolonglah aku, dan sabarkanlah diriku, bukakanlah jalan keluar bagiku.”
Namun bila anda telah sampai (wushul) dan hatimu sudah masuk di hadapanNya serta dekat padaNya, maka tidak ada lagi permohonan yang harus diutarakan, melainkan diam dan menyaksikanNya. Anda menjadi tamuNya, dan tamu yang baik tidak menginginkan apa-apa, justru harus berbudi adab yang bagus. Tidak makan kecuali yang disuguhkan, mengambil apa yang diberi. Kecuali jika ditanyakan, “Anda ingin sesuatu?”. Ia pun berkeinginan itu, sebagai bentuk pelaksanaan perintah, bukan karena pilihannya sendiri.
Meminta itu, berarti jauh dariNya. Sedangkan diam, berarti dekat denganNya.
Orang-orang arif senantiasa tidak mengenal kecuali Al-Haq Azza wa-Jalla. Semua bentuk ketergantungan putus dan semua sebab akibat sirna dari hatinya. Bahkan seandainya tidak ada makanan dan minuman berhari-hari dan berbulan-bulan ia tidak peduli dan tidak berubah. Karena Allah azza wa-Jalla memberikan makanan kepada mereka, konsumsi yang sesuai dengan kehendakNya.
Siapa yang mengaku mencintai Allah Azza wa-Jalla, tetapi masih mencari selain Dia, berarti ia dusta dalam mencintaiNya. Namun jika ia dicintaiNya, ia telah wushul menjadi tamuNya, dan begitu dekat denganNya, lalu dikatakan padanya, “Carilah,…”, dan anda memang menginkannya, maka ucapkanlah, “Terserah apa yang Engkau Kehendaki, karena KehendakMu itu bebas…”.
Sang pecinta senantiasa tergenggam, dan yang dicintai senantiasa menghamparkan keleluasaan. Bagi pecinta segalanya terlarang, bagi yang dicinta meraih segalanya. Sepanjang hamba menjadi pecinta ia senantiasa bimbang, tercabik-cabik, dan penuh upaya sepanjang waktu. Bila ia telah kembali kepadaNya, ia menjadi tercinta. Segalanya jadi terbalik pada haknya. Datanglah kemudahan-kemudahan, kesejahteraan, tenang, rizki melimpah dan makhluk lain patuh padanya. Semua itu berkah kesabaran dan keteguhan pada situasi mencintaiNya. Kedekatan hamba hanya bagi Allah Azza wa-Jalla, sedangkan cintanya Allah azza wa-Jalla pada hambaNya, bukan seperti cintanya makhluk pada sesamanya. Karena Tuhan kita Azza wa-Jalla:
“Tidak satu pun yang menyamaiNya, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (Asy-Syuura : 11)
Jadikan padanan itu hanya pada sesama manusia. Maka carilah pemahaman dariNya, carilah kebaikan qalbu dariNya. Karena Dia senantiasa memberikan keluasan kebajikan qalbu pada yang dikehendakiNya, Dialah yang memperbanyak rizki qalbu pada yang dikehendakiNya.
Salah satu dari kaum Sufi hatinya begitu luas melampaui langit dan bumi, sehingga hatinya seperti Tongkat Musa as. Tongkat Nabi Musa as, pada awalnya adalah hikmah, kemudian menjadi qudroh (memiliki kemampuan). Tongkat itu digunakan membawa bekalnya manakala ia tidak mampu membawanya. Tongkat itu bisa jadi kendaraan yang dinaiki, manakala ia tidak mampu berjalan. Tongkat itu bisa menolak bahaya, sedangkan ia sedang duduk dan tidur. Bahkan bisa berbuahkan buah-buahan dari berbagai jenis buah dan menjadi payung ketika ia duduk. Allah menampakkan kekuasanNya dalam tongkat itu, lalu Nabi Musa merasa bahagia dengan KekuasaanNya melalui perantara tongkat itu. Katika Allah Azza wa-Jalla menjadikan dirinya sebagai Nabi, dan memberikan ke-taqarrub-an, mengajaknya bicara dan memberikan tugas padanya, Allah berfirman pada Nabi Musa as. :
“Apa yang ada di tangan kananmu wahai Musa?” Maka Musa menjawab, “Inilah tongkatku, aku gunakan pegangan (bertelekan) padanya, dan aku gunakan menggembala kambingku, dan bagiku ada kegunaan lain padanya.” (Thaha 18)
Kemudian Allah Azza wa-Jalla berfirman, “Lemparkanlah tongkatmu…” Tiba-tiba menjadi ular besar, dan Musa lari dari ular itu. Maka Allah Azza wa-Jalla berfirman:
“Ambillah ia, dan jangan takut. Kami akan mengembalikannya (jadi tongkat lagi)”. (Thaha 21)
Tujuan utama dari itu adalah menampakkan Kekuasaan Allah Swt, sehingga imperium Fir’aun terasa hina, sekaligus menegaskan perang melawan Fir’aun dan pasukannya, dan keluarbiasaan itu sebagai piranti untuk memerangi mereka dan menampakkan hal yang luar biasa. Di awalnya memang menimpulkan rasa sesak di hati dan dada, kemudian Allah melapangkannya, dan memberikan hukum, kenabian dan pengetahuan kepada Musa as.
Hai bodoh, ini pun KekuasaanNya, namun tetap dilalaikan dan diingkari. Karena itu jangan anda melupakan Dzat yang tak pernah lupa padamu, jangan anda alpa pada Yang tidak pernah melupakanmu. Ingatlah pada mati, karena malaikat maut yang siap mencabut nyawa mereka. Karena itu kemudaanmu, hartamu dan semua yang engkau miliki tidak akan pernah memperdayaimu, karena tidak lama lagi akan diambil semua darimu. Sementara anda hanya mengenang keteledoranmu dan sia-siamu di hari-hari ini, penuh dengan tindak kebatilan. Anda menyesal, dan tak ada penyesalan kemudian.
Tidak lama lagi anda mati, dan anda baru ingat kata-kataku, nasehatku padamu dan anda sangat berharap agar aku ada disampingmu ketika engkau dalam kuburmu, mendengarkan saran nasehatku.
Karena itu berusahalah dengan serius untuk menerima kata-kataku dan mengamalkannya, hingga engkau bersamaku di dunia dan akhirat. Berbaiksangkalah padaku sampai anda mengambil manfaat ucapanku, lalu berbaiksangkalah pada selainmu, namun berburuk sangkalah pada nafsumu. Bila anda melakukan tindakan ini, anda bisa meraih manfaat dan yang lain mendapatkan manfaat darimu.
Sepanjang anda dengan selain Allah azza wa-Jalla, maka anda terus susah dan gelisah, syirik dan berat.
Keluarkanlah makhluk dari hatimu dan bersambunglah dengan Allah azza wa-Jalla, maka anda akan melihat sesuatu yang tak terbayang mata, dan tak pernah terbesit di telinga, tidak pula terlintas di hati manusia. Inilah yang anda ada di dalamnya, dalam kondisi anda tidak benar dan tidak sempurna. Karena prinsip dasarnya masih ada yang lain, bukan Dia sebagai penentu. Dia terbuang, dan anda telah membangun keruntuhan.
Bertaubatlah kepada Allah azza wa-Jalla dan mohonlah perubahan posisi anda kepadaNya., yang berupa ambisi duniawimu dan kontra akhirat itu.
Jumat, 10 Agustus 2012
Positive Thinking Perlu Dilatih
Mantan Perdana Menteri Inggris, Winston Churchill, punya kata-kata mutiara yang abadi: A pessimist sees the difficulty in every opportunity, an optimist sees the opportunity in every difficulty.
Seorang pesimis melihat kesulitan di setiap kesempatan, seorang optimis
melihat kesempatan di setiap kesulitan. Tak ada yang berbeda dari objek
yang dihadapi si pesimis dan optimis. Yang ada hanyalah cara pandang
yang berlainan. Si optimis memandangnya dengan pikiran positif sedangkan
si pesimis dengan pikiran negatif.
Memiliki positive thinking memang harus dibiasakan dan dilatih
terus-menerus agar suatu saat kelak akan tumbuh menjadi karakter. Tetapi
bagaimana menumbuhkan kebiasaan ini? Kiat berikut bisa berguna.
Afirmasi verbal setiap hari
Saat kita menghadapi suatu masalah atau peluang, ada dua kemungkinan yang bisa dilakukan. Kita merasa bisa mengatasi atau melakukannya, tetapi di sisi lain ragu akan kemampuan kita. Secara teknik, sebenarnya kita sangat mampu mengerjakannya namun ketidakyakinan menarik kita pada sikap yang statis sehingga kita tak melakukan apa-apa.
Menurut sejumlah ahli, cara terbaik mengatasi masalah ini adalah dengan melakukan afirmasi, yaitu mengucapkan kata-kata positif pada diri kita. Di pagi hari selepas bangun tidur, katakan pada diri kita bahwa kita bisa melakukan sesuatu yang kita inginkan. Semacam "Kamu bisa!" atau, "Kamu pasti bisa!" Makin keras ucapan kita makin mampu mempengaruhi bawah sadar kita. Lakukan setiap hari sekitar 10 menit.
Gunakan kata positif
Menggunakan kata-kata positif memiliki pengaruh baik. Seorang ahli bernama Dr. Susan Jeffers mengatakan, "Tak masalah apakah kita percaya pada kata-kata atau tidak, tetapi kata-kata itu mempengaruhi alam bawah sadar kita." Jika kita terbiasa menggunakan kata-kata negatif, hasil negatiflah yang kita dapat. Begitu pun, jika kita selalu menggunakan kata positif hasil positif yang akan kita dapat.
Pasang gambar atau tulisannya
Menempelkan visualisasi apa yang kita inginkan akan memberi dampak positif dalam pencapaiannya. Apa yang ingin kita raih, tempelkan gambar atau kata-katanya. Pandangi setiap ada kesempatan, bayangkan apa yang akan kita rasakan saat bisa meraihnya. Ini akan mendorong timbulnya pikiran-pikiran positif.
Penuhi sekeliling kita dengan citra positif
Citra positif ini bisa berupa poster kata-kata motivasi, foto inspirasi, bahkan tulisan afirmasi untuk meyakinkan diri dalam selembar kartu kecil atau kertas tempel yang mudah dilihat. Karena itu beri hiasan ruangan dengan poster atau foto-foto inspirasi yang bisa menggugah keyakinan kita atau menambah semangat. Sekali waktu saat kita sedang stres, tataplah, atau bacalah sehingga kita akan kembali fokus pada keinginan yang sedang kita kejar.
Sering-sering ucapkan "Terima Kasih"
Rasa syukur akan mempengaruhi pikiran kita. Ucapan "Terima Kasih" akan menerbitkan pikiran positif. Namun berapa kali sehari kita mengucapkan "Terima Kasih"? Kita bahkan mungkin lupa mengucapkan terima kasih ketika misalnya, ditolong orang saat terjatuh. Padahal makin sering berterima kasih, makin terbangun pikiran positif.
Dengarkan uraian motivasional
Mendengarkan paparan motivasional akan membangun pikiran positif. Kita bisa mendengar acara motivasional di radio atau menyetel CD motivasional saat sedang menyetir di perjalanan. Hal akan menjadi semacam "pengisian baterai" untuk mental kita.
Positive thinking tidak lahir dengan sendirinya, kita harus rajin melatihnya. Selamat mencoba dan sukses untuk Anda!
Afirmasi verbal setiap hari
Saat kita menghadapi suatu masalah atau peluang, ada dua kemungkinan yang bisa dilakukan. Kita merasa bisa mengatasi atau melakukannya, tetapi di sisi lain ragu akan kemampuan kita. Secara teknik, sebenarnya kita sangat mampu mengerjakannya namun ketidakyakinan menarik kita pada sikap yang statis sehingga kita tak melakukan apa-apa.
Menurut sejumlah ahli, cara terbaik mengatasi masalah ini adalah dengan melakukan afirmasi, yaitu mengucapkan kata-kata positif pada diri kita. Di pagi hari selepas bangun tidur, katakan pada diri kita bahwa kita bisa melakukan sesuatu yang kita inginkan. Semacam "Kamu bisa!" atau, "Kamu pasti bisa!" Makin keras ucapan kita makin mampu mempengaruhi bawah sadar kita. Lakukan setiap hari sekitar 10 menit.
Gunakan kata positif
Menggunakan kata-kata positif memiliki pengaruh baik. Seorang ahli bernama Dr. Susan Jeffers mengatakan, "Tak masalah apakah kita percaya pada kata-kata atau tidak, tetapi kata-kata itu mempengaruhi alam bawah sadar kita." Jika kita terbiasa menggunakan kata-kata negatif, hasil negatiflah yang kita dapat. Begitu pun, jika kita selalu menggunakan kata positif hasil positif yang akan kita dapat.
Pasang gambar atau tulisannya
Menempelkan visualisasi apa yang kita inginkan akan memberi dampak positif dalam pencapaiannya. Apa yang ingin kita raih, tempelkan gambar atau kata-katanya. Pandangi setiap ada kesempatan, bayangkan apa yang akan kita rasakan saat bisa meraihnya. Ini akan mendorong timbulnya pikiran-pikiran positif.
Penuhi sekeliling kita dengan citra positif
Citra positif ini bisa berupa poster kata-kata motivasi, foto inspirasi, bahkan tulisan afirmasi untuk meyakinkan diri dalam selembar kartu kecil atau kertas tempel yang mudah dilihat. Karena itu beri hiasan ruangan dengan poster atau foto-foto inspirasi yang bisa menggugah keyakinan kita atau menambah semangat. Sekali waktu saat kita sedang stres, tataplah, atau bacalah sehingga kita akan kembali fokus pada keinginan yang sedang kita kejar.
Sering-sering ucapkan "Terima Kasih"
Rasa syukur akan mempengaruhi pikiran kita. Ucapan "Terima Kasih" akan menerbitkan pikiran positif. Namun berapa kali sehari kita mengucapkan "Terima Kasih"? Kita bahkan mungkin lupa mengucapkan terima kasih ketika misalnya, ditolong orang saat terjatuh. Padahal makin sering berterima kasih, makin terbangun pikiran positif.
Dengarkan uraian motivasional
Mendengarkan paparan motivasional akan membangun pikiran positif. Kita bisa mendengar acara motivasional di radio atau menyetel CD motivasional saat sedang menyetir di perjalanan. Hal akan menjadi semacam "pengisian baterai" untuk mental kita.
Positive thinking tidak lahir dengan sendirinya, kita harus rajin melatihnya. Selamat mencoba dan sukses untuk Anda!
Kunci-kunci Rezeki Menurut Al-Qur’an dan As-sunnah
Resensi Buku
Judul buku : Mafaatihul Rizq fi Daw’ Al-Kitab wa Al-Sunnah
Pengarang : DR. Fadl-ul-Ilahi.
Tebal : 104 Halaman
Ukuran : 12 X 17 Cm
Penerbit : Darul Al-Jarisi, Jeddah.
Cetakan : IIV (1998)
“Berpegang teguh dengan ajaran Islam di era globalisasi seperti sekarang ini akan menyulitkan rezeki. Kalau ingin hidup dengan senang dan memperolehi harta yang banyak, harus memejamkan mata dari aturan-aturan agama karena agama selalu menghalang dalam masalah mencari rezeki dengan mengharamkan ini dan mengharamkan itu lah. Pokoknya agama menyulitkan rezeki dan menghalang kemajuan”.
Keluhan atau ungkapan semacam ini sering kita dengar dari mulut orang awam yang tidak paham hakikat agama ini. Mereka menggangap agama adalah cuma melaksanakan praktek-praktek ritual saja seperti solat, zakat, haji, nikah dan urusan yang bersangkut paut dengan mati. pemahaman seperti ini sudah lama berkembang dalam masyarakat kita sampai hari ini.
Islam adalah agama yang menyeimbangkan perhatian antara kebutuhan duniawi dan kebutuhan ukhrawi, dengan menjadikan dunia ini sebagai ladang atau ruang aktifitas untuk mendapatkan bekal akhirat. Tidak ada pemisahan antara urusan dunia dan urusan akhirat. Semua yang telah dikerjakan manusia di dunia ini akan dipertangungjawabkan di akhirat nanti, dan semua yang dibutuhkan diakhirat nanti hanya bisa dipersiapkan didunia ini. Dua keterikataan ini menuntut proporsi keseimbangan perhatian yang mensejahterakan keduanya. Tidak akan pernah dicapai sa’adah (kebahagiaan) duniawi tanpa memperhatikan demensi ukhrawi, sebagaimana tidak akan pernah ada sa’adah ukhrawi jika tidak dipersiapkan sejak dialam dunia ini.
Begitulah pengarang buku ini memulai pembahasanya dengan menceritakan keadaan masyarakat umat islam hari ini yang selalu risau terhadap kekurang dan kesusahan dalam mencari rezeki. Dalam buku ini pengarang mencoba mengetangahkan kepada kita semua sumber-sumber rezeki yang telah dilupakan oleh masyarakat hari ini.
Pengarang membagikan buku ini kepada sepuluh mathlab (tuntutan) agama yang apabila kita kerjakan Insya Allah ianya akan membuka pintu-pintu rezeki kita dengan yang tidak disangka-sangka.
Sebelum memulai pembahasan ditiap-tiap tuntutan, terlebih dahulu pengarang menerangkan hakikat dari tuntutan tersebut dan setelah itu beliau mengetengahkan dalil-dalil dari Qur’an dan sunnah serta pendapat para ulama’ tentang tuntutan yang terkait menjadi sebab dibukanya pintu rezeki oleh Allah SWT.
Sebagai contoh kita lihat di tuntutan yang pertama yaitu Istighfar dan taubah. Banyak orang mengangap bahwa istighfar dan taubah hanya dengan ucapan “Ashtaghfurullahal Azdhim wa atubu ilaihi” ucapan ini sama sekali tidak akan memberi bekas kepada pelakunya kalau tidak disertai dengan syarat-syarat taubah yang telah digariskan oleh agama dan ianya termasuk dari perbuatan orang yang pendusta terhadap agama.
Seperti yang dikatakan oleh imam Nawawi, taubah mempunyai tiga syarat pokok. Pertama: meninggalkan maksiat yang telah dilakukan. Kedua: hendaklah menyesal atas dosa yang telah dilakukan. Ketiga: bercita-cita untuk tidak mengulanginya kesalah yang sama di masa akan datang. Kurang salah satu dari tiga syarat tersebut maka taubat seseorang tidak akan diterima oleh Allah. (hal: 11-12).
Selanjutnya pengarang mengetengahkan dalil-dalil dari Al-Qur’an dan sunnah yang menjelaskan hakikat istighfar dan taubah yang menjadi sebab dibukanya pintu-pintu rezeki. Seperti firman Allah SWT dalam surah Nuh ayat 10-12, surah Hud ayat 3 dan 52. Dalil dari sunnah seperti hadis yang diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas RA “Barang siapa memperbanyak Istighfar maka Allah akan menjadikan setiap kesulitan jalan keluar dan setiap kesempitan akan mengantikan dengan keluasan, serta memberikan rezeki dari jalan yang tidak disangka-sangkakan” (HR Imam Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah, Nisa’i, dan Hakim).
Kalau kita lihat dari segi keilmiahan, buku ini memenuhi standar penulisan ilmiah dan hal ini terlihat jelas dari semua hadits-hadits yang dikutip oleh pengarang berasal dari sumber aslinya serta mentakhrijkanya (kembali kepada sumber asal) dari semua kitab-kitab hadits yang ada. Beliau juga mengutip Qaulul ulama’ (pendapat para ulama’) serta mengulasnya dengan cara yang sangat sistematis dan dengan gaya bahasa yang mudah untuk dipahami oleh semua orang.
Dan yang perlu di pahami adalah rezeki dan kerja merupakan dua hal yang berbeda. Menggantungkan rezeki semata-mata pada pekerjaan yang kita lakukan adalah kesalahan, sebagai mana Muhammad Mutawalli Asy-Sya’rawi telah memperingatkan dalam bukunya “Rezeki” (Gema Insani Press, 1995) Allah maha luas rezeki-Nya. Mengantungkan rezeki semata-mata pada pekerjaan yang kita lakukan sama dengan mempersempit pintu rezeki, padahal Allah membukanya lebar-lebar untuk kita. Akan tetapi mengharapkan rezeki dari Allah tanpa mau memeras keringat dengan kerja yang meletihkan, sama halnya dengan mengangap sepi nasihat Nabi Saw. “sesungguhnya, bekerja mencari rezeki yang halal itu merupakan kewajiban setelah ibadah-ibadah fardu” (HR At-tabrabi dan Baihaqi). Barang kali, hadits diataslah yang menginspirasi rakyat Pakistan sehingga mencantumkan makna hadits ini disetiap uang kertas mereka “Husule rizq halal ibadat hay”.
Kesulitan demi kesulitan yang dihadapi oleh masyarakat dalam masalah mencari rezeki menjadikan mereka mengkambinghitamkan agama dan hal ini sangat berbahaya sekali karena pada akhirnya nanti masyarakat akan anti pada agama.
Pemahaman ini harus disampaikan kepada masyarakat luas. Tanpa itu maka jangan heran kalau orang Islam sendiri akan anti kepada Islam karena gara-gara mereka berangapan “aturan agama menyulitkan untuk memperoleh rezeki”. Para da’i harus andil dalam hal ini, karena dakwah adalah pekerjaan mempengaruhi, sementara dalam “kacamata” masyarakat orang kaya lebih mudah berpengaruh jika dibandingkan dengan orang miskin. Maka sebagai seorang calon da’i kita harus pandai untuk mencari jalan dan solusi dalam memudahkan mereka dalam mencari rezeki. Setelah kita memenuhi kebutuhan mereka barulah mereka akan mendengar nasehat-nasehat agama yang kita sampaikan.
Praktik-praktik semacam ini adalah cara-cara yang paling berhasil yang pernah dilakukan oleh para misionaris Kristen dalam memurtadkan umat islam ditanah air. @Wallahu ‘alam bishowab.
Judul buku : Mafaatihul Rizq fi Daw’ Al-Kitab wa Al-Sunnah
Pengarang : DR. Fadl-ul-Ilahi.
Tebal : 104 Halaman
Ukuran : 12 X 17 Cm
Penerbit : Darul Al-Jarisi, Jeddah.
Cetakan : IIV (1998)
“Berpegang teguh dengan ajaran Islam di era globalisasi seperti sekarang ini akan menyulitkan rezeki. Kalau ingin hidup dengan senang dan memperolehi harta yang banyak, harus memejamkan mata dari aturan-aturan agama karena agama selalu menghalang dalam masalah mencari rezeki dengan mengharamkan ini dan mengharamkan itu lah. Pokoknya agama menyulitkan rezeki dan menghalang kemajuan”.
Keluhan atau ungkapan semacam ini sering kita dengar dari mulut orang awam yang tidak paham hakikat agama ini. Mereka menggangap agama adalah cuma melaksanakan praktek-praktek ritual saja seperti solat, zakat, haji, nikah dan urusan yang bersangkut paut dengan mati. pemahaman seperti ini sudah lama berkembang dalam masyarakat kita sampai hari ini.
Islam adalah agama yang menyeimbangkan perhatian antara kebutuhan duniawi dan kebutuhan ukhrawi, dengan menjadikan dunia ini sebagai ladang atau ruang aktifitas untuk mendapatkan bekal akhirat. Tidak ada pemisahan antara urusan dunia dan urusan akhirat. Semua yang telah dikerjakan manusia di dunia ini akan dipertangungjawabkan di akhirat nanti, dan semua yang dibutuhkan diakhirat nanti hanya bisa dipersiapkan didunia ini. Dua keterikataan ini menuntut proporsi keseimbangan perhatian yang mensejahterakan keduanya. Tidak akan pernah dicapai sa’adah (kebahagiaan) duniawi tanpa memperhatikan demensi ukhrawi, sebagaimana tidak akan pernah ada sa’adah ukhrawi jika tidak dipersiapkan sejak dialam dunia ini.
Begitulah pengarang buku ini memulai pembahasanya dengan menceritakan keadaan masyarakat umat islam hari ini yang selalu risau terhadap kekurang dan kesusahan dalam mencari rezeki. Dalam buku ini pengarang mencoba mengetangahkan kepada kita semua sumber-sumber rezeki yang telah dilupakan oleh masyarakat hari ini.
Pengarang membagikan buku ini kepada sepuluh mathlab (tuntutan) agama yang apabila kita kerjakan Insya Allah ianya akan membuka pintu-pintu rezeki kita dengan yang tidak disangka-sangka.
Sebelum memulai pembahasan ditiap-tiap tuntutan, terlebih dahulu pengarang menerangkan hakikat dari tuntutan tersebut dan setelah itu beliau mengetengahkan dalil-dalil dari Qur’an dan sunnah serta pendapat para ulama’ tentang tuntutan yang terkait menjadi sebab dibukanya pintu rezeki oleh Allah SWT.
Sebagai contoh kita lihat di tuntutan yang pertama yaitu Istighfar dan taubah. Banyak orang mengangap bahwa istighfar dan taubah hanya dengan ucapan “Ashtaghfurullahal Azdhim wa atubu ilaihi” ucapan ini sama sekali tidak akan memberi bekas kepada pelakunya kalau tidak disertai dengan syarat-syarat taubah yang telah digariskan oleh agama dan ianya termasuk dari perbuatan orang yang pendusta terhadap agama.
Seperti yang dikatakan oleh imam Nawawi, taubah mempunyai tiga syarat pokok. Pertama: meninggalkan maksiat yang telah dilakukan. Kedua: hendaklah menyesal atas dosa yang telah dilakukan. Ketiga: bercita-cita untuk tidak mengulanginya kesalah yang sama di masa akan datang. Kurang salah satu dari tiga syarat tersebut maka taubat seseorang tidak akan diterima oleh Allah. (hal: 11-12).
Selanjutnya pengarang mengetengahkan dalil-dalil dari Al-Qur’an dan sunnah yang menjelaskan hakikat istighfar dan taubah yang menjadi sebab dibukanya pintu-pintu rezeki. Seperti firman Allah SWT dalam surah Nuh ayat 10-12, surah Hud ayat 3 dan 52. Dalil dari sunnah seperti hadis yang diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas RA “Barang siapa memperbanyak Istighfar maka Allah akan menjadikan setiap kesulitan jalan keluar dan setiap kesempitan akan mengantikan dengan keluasan, serta memberikan rezeki dari jalan yang tidak disangka-sangkakan” (HR Imam Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah, Nisa’i, dan Hakim).
Kalau kita lihat dari segi keilmiahan, buku ini memenuhi standar penulisan ilmiah dan hal ini terlihat jelas dari semua hadits-hadits yang dikutip oleh pengarang berasal dari sumber aslinya serta mentakhrijkanya (kembali kepada sumber asal) dari semua kitab-kitab hadits yang ada. Beliau juga mengutip Qaulul ulama’ (pendapat para ulama’) serta mengulasnya dengan cara yang sangat sistematis dan dengan gaya bahasa yang mudah untuk dipahami oleh semua orang.
Dan yang perlu di pahami adalah rezeki dan kerja merupakan dua hal yang berbeda. Menggantungkan rezeki semata-mata pada pekerjaan yang kita lakukan adalah kesalahan, sebagai mana Muhammad Mutawalli Asy-Sya’rawi telah memperingatkan dalam bukunya “Rezeki” (Gema Insani Press, 1995) Allah maha luas rezeki-Nya. Mengantungkan rezeki semata-mata pada pekerjaan yang kita lakukan sama dengan mempersempit pintu rezeki, padahal Allah membukanya lebar-lebar untuk kita. Akan tetapi mengharapkan rezeki dari Allah tanpa mau memeras keringat dengan kerja yang meletihkan, sama halnya dengan mengangap sepi nasihat Nabi Saw. “sesungguhnya, bekerja mencari rezeki yang halal itu merupakan kewajiban setelah ibadah-ibadah fardu” (HR At-tabrabi dan Baihaqi). Barang kali, hadits diataslah yang menginspirasi rakyat Pakistan sehingga mencantumkan makna hadits ini disetiap uang kertas mereka “Husule rizq halal ibadat hay”.
Kesulitan demi kesulitan yang dihadapi oleh masyarakat dalam masalah mencari rezeki menjadikan mereka mengkambinghitamkan agama dan hal ini sangat berbahaya sekali karena pada akhirnya nanti masyarakat akan anti pada agama.
Pemahaman ini harus disampaikan kepada masyarakat luas. Tanpa itu maka jangan heran kalau orang Islam sendiri akan anti kepada Islam karena gara-gara mereka berangapan “aturan agama menyulitkan untuk memperoleh rezeki”. Para da’i harus andil dalam hal ini, karena dakwah adalah pekerjaan mempengaruhi, sementara dalam “kacamata” masyarakat orang kaya lebih mudah berpengaruh jika dibandingkan dengan orang miskin. Maka sebagai seorang calon da’i kita harus pandai untuk mencari jalan dan solusi dalam memudahkan mereka dalam mencari rezeki. Setelah kita memenuhi kebutuhan mereka barulah mereka akan mendengar nasehat-nasehat agama yang kita sampaikan.
Praktik-praktik semacam ini adalah cara-cara yang paling berhasil yang pernah dilakukan oleh para misionaris Kristen dalam memurtadkan umat islam ditanah air. @Wallahu ‘alam bishowab.
Tiga Sumpah Nabi
Kaum muslimin rahimakumullah!Sumpah biasanya digunakan utk
menunjukkan atau mengemukakan kebenaran yg sesungguhnya. Dengan sumpah
mestinya kita menjadi yakin dan tidak ragu sedikit pun terhadap
kebenaran yg dimaksudkan di dalam sumpah itu. Untuk meyakinkan dan
menarik perhatian kita tentang suatu persoalan yg sangat penting Allah
SWT di dalam Alquran juga bersumpah dgn menyebut sesuatu. Di dalam hadis
ternyata terdapat juga sumpah Nabi Muhammad saw sehingga apa yg menjadi
sumpahnya itu sangat penting utk kita perhatikan agar kita semakin
yakin. Di antara sumpah Nabi adl tentang tiga perkara sebagaimana hadis
berikut. “Tiga hal yg aku bersumpah atas ketiganya tidak berkurang
harta krn shadaqah tidak teraniaya seorang hamba dgn aniaya yg ia sabar
atasnya melainkan Allah Azza Wa Jalla menambahinya kemuliaan dan tidak
membuka seorang hamba pintu permintaan melainkan Allah membuka atasnya
pintu kefakiran.” Harta Tidak Berkurang krn Shadaqah Salah satu
keharusan kita sebagai muslim dalam kaitan dgn harta adl menunaikan
zakat infak dan shadaqah . Namun tidak sedikit orang yg meskipun sudah
mengaku muslim tetapi masih tidak mau menunaikan keharusannya itu. Di
antara mereka ada yg khawatir bila ZIS itu ditunaikan hartanya akan
berkurang bahkan bisa jadi ia menjadi miskin. Kekhawatiran itu merupakan
sesuatu yg tidak beralasan hal ini krn Rasulullah saw memberikan
jaminan bahwa bila seseorang menunaikan shadaqah maka hartanya justru
akan bertambah. Memang pada saat ia keluarkan uang atau hartanya utk
shadaqah hartanya memang akan berkurang tetapi dari dampak atau pengaruh
positifnya ia akan memperoleh tambahan baik dalam bentuk jumlah maupun
nilai dari harta itu sendiri. Dalam bentuk jumlah harta yg dishadaqahkan
mungkin saja bertambah misalnya ia berdagang setelah keuntungannya
besar ia bershadaqah maka orang yg diberinya shadaqah itu mendo?akan
agar hartanya bertambah banyak dan do?a itu pun dikabulkan oleh Allah
SWT sehingga perdagangannya semakin laris sehingga semakin banyak yg
bisa dijual. Adapun nilai yg besar ini nampak dari keutamaan yg
sedemikian besar yg diberikan Allah SWT kepada orang yg membelanjakan
hartanya di jalan yg benar Allah SWT berfirman “Perumpamaan orang yg
menafkahkan hartanya di jalan Allah adl seperti sebutir benih yg
menumbuhkan tujuh butir. Pada tiap-tiap butir seratus biji. Allah
melipatgandakan bagi siapa saja yg Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas
dan Maha Mengetahui.” . Keteraniayaan Membawa Kemuliaan Ada banyak
contoh tentang orang yg dianiaya manakala mereka tetap sabar dan
istiqamah dalam mempertahankan kebenaran yg diyakininya akan membawa
pada kemuliaan dirinya dan si penganiaya yg merasa sebagai orang yg jauh
lbh mulia menjadi manusia dgn segala kerendahan martabat kepribadian yg
disandangkan kepadanya. Nabi Ibrahim as yg ketika itu masih muda belia
mengalami penganiayaan dari Raja Nambrut hingga Ibrahim dibakar lalu
ditolong oleh Allah SWT hal ini bukan membawa kehinaan bagi Nabi Ibrahim
tetapi malah menjadikannya orang yg mulia hingga pengikutnya bertambah
banyak. Kaum muslimin di Mekah pada masa Rasulullah saw juga mengalami
penganiayaan dari orang-orang kafir mereka diboikot dibunuh disiksa
hingga terusir dari kota kelahiran mereka. Namun hal itu tidak membuat
Rasulullah dgn para sahabatnya menjadi hina tetapi justru membawa
kemuliaan. Ketika para sahabat berhijrah ke Habasyah mereka mendapatkan
perlindungan atau suaka dari Raja Najasi yg beragama Nasrani hingga
akhirnya sang raja masuk ke dalam Islam sedangkan Rasulullah bersama
para sahabat lainnya berhijrah ke Madinah yg kemudian berhasil
menyatukan kaum kaum muslimin dari Mekah dan Madinah hingga menghasilkan
kekuatan umat yg disegani. Di Mesir para aktivis dakwah pernah
mengalami penganiyaan dari penguasa Mesir yg zalim pada waktu itu
penganiayaan dimaksudkan utk menghambat dan menghentikan langkah-langkah
dakwah tetapi gerakan dakwah justru semakin tersebar luas hingga ke
berbagai negara di dunia krn para aktivis dakwah yg dipenjara
menghasilkan karya tulis yg gemilang seperti Sayyid Quthb dgn Fi Dzilalil Qur?an
terbunuhnya Hasan al-Banna menarik simpati dan pengusiran para akltivis
dakwah membuat mereka bisa berdakwah ke berbagai negara. Oleh krn itu
para pejuang kebenaran Islam tidak boleh takut menghadapi segala
tantangan dan berbagai kendala krn hal itu pasti ada saatnya berlalu dan
bila para pejuang menghadapi segala tantangan dan kendala dgn sikap
istiqamah maka mereka akan menjadi orang-orang yg mulia begitulah yg
terjadi pada Bilal bin Rabah sahabat Nabi yg budak lalu dibebaskan oleh
Abu Bakar ash Shiddik krn istiqamahnya dalam mempertahankan nilai-nilai
tauhid begitu juga dgn sahabat Abdullah bin Huzafah yg disambut dgn
kemuliaan oleh Khalifah Umar bin Khattab krn ia istiqamah dalam
menghadapi penganiayaan yg dilakukan oleh raja Romawi yg kejam. Mengemis
Bertambah Fakir Seorang muslim sangat dituntut utk mencari rezeki
secara halal dan terhormat guna memenuhi kebutuhan diri dan keluarganya.
Karena itu dalam pandangan Islam bekerja utk mendapatkan nafkah secara
halal merupakan sesuatu yg sangat mulia meskipun jenis pekerjaannya
berat secara fisik dan pendapatan dari situ pun tidak besar. Adapun
mencari harta dgn cara mengemis merupakan cara yg tidak terhormat
meskipun banyak harta yg diperolehnya Rasulullah saw bersabda yg artinya
“Seseorang yg membawa tambang lalu pergi mencari dan mengumpulkan
kayu bakar lantas dibawanya ke pasar utk dijual dan uangnya digunakan
utk mencukupi kebutuhan dan nafkah dirinya maka itu lbh baik daripada
seorang yg meminta-minta kepada orang-orang yg terkadang diberi dan
kadang ditolak.” . Oleh krn itu Rasulullah saw menilai bahwa orang
yg kaya itu tidak semata-mata dgn sebab hartanya yg banyak hal ini krn
meskipun jumlah hartanya banyak namun jika ia tidak pandai bersyukur
atas harta yg sudah diperolehnya itu apalagi dgn hartanya yg banyak ia
tidak bermartabat tetaplah ia dipandang sebagai orang miskin apalagi
bila harta yg dimilikinya dicari dgn cara mengemis yg bila dgn waktunya
yg tersedia ia bekerja atau berusaha dgn baik disamping lbh terhormat ia
akan memperoleh harta yg lbh banyak dgn jiwa yg menyenangkan Rasulullah
saw bersabda “Yang dinamakan kekayaan bukanlah banyaknya harta benda tetapi kekayaan yg sebenarnya adl kekayaan jiwa.”
. Disamping itu sumpah Nabi ini menjadi benar krn biasanya semakin lama
beban hidup seseorang semakin besar dan ia akan mampu menutupi
kebutuhannya itu dgn berusaha yg halal dan terhormat namun bila dari
mengemis ia tidak memperoleh dalam jumlah yg cukup sehingga di satu sisi
kebutuhannya semakin besar sedang pendapatannya tetap seperti semula
maka jadilah ia bertambah fakir. Karena itu tidak sedikit orang yg
semula mengemis akhirnya menjadi pencuri krn ia merasa tidak cukup dari
hasil mengemis itu bukankah ini membuat ia bertambah miskin secara
ekonomi dan bertambah rendah martabatnya sebagai manusia. Kaum muslimin
yg berbahagia!Demikianlah tiga sumpah Nabi Muhammad saw yg benar adanya
sehingga harus mendapat perhatian kita agar kehidupan ini dapat kita
jalani dgn sebaik-baiknya. Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia
sumber file al_islam.chm
sumber file al_islam.chm
Hukum Mengucapkan Selamat Pagi dalam Islam
Apa hukumnya kita menyapa seseorang
yang non muslim dengan mengucapkan "selamat pagi/selamat siang/selamat
malam"? Karena saya pernah mendengar seorang penceramah yang mengatakan
bahwa itu tidak boleh dengan alasan ada kata-kata"selamat" yang
berarti kita mendoakan keselamatan bagi mereka.
Jika memang itu tidak boleh, lalu bagaimana seharusnya kita menyapa orang-orang non muslim?
Jawab :
Jika memang itu tidak boleh, lalu bagaimana seharusnya kita menyapa orang-orang non muslim?
Jawab :
Ketika kita mengucapkan "selamat pagi", niatnya sama sekali tidak pernah mendoakan dan tidak pernah ada dalam benak"Semoga Allah memberikan keselamatan kepada Anda." Tetapi semata-mata sapaan atau dikenal dengan istilah greeting.
Dalam hukum Islam, kita tidak diharamkan untuk bersopan santunatauberbasa-basi dengan orang kafir. Dan juga tidak ada salahnya kita menyapa orang kafir.
Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu. Sesungguhnya Allah memperhitungankan segala sesuatu. (QS. An-Nisa': 86)
Dan ketika kita menyapa atau berbasa basi dengan orang kafir, tentunya tidak bisa disamakan dengan mendoakan keselamatan atasnya. Ketika kita menyapa mereka dengan ''Good Morning'' atau ''Shabahul Khair", sama sekali tidak ada unsur doa keselamatan kepada mereka. Jadi hukumnya tidak haram.
Tinggal kita ganti saja kata ''Selamat Pagi'' itu dengan ungkapan greeting yang lebih tepat, bahkan pakai saja dalam bahasa Inggris atau bahasa Arab sekalian, biar tidak ada salah tafsir dan dianggap mendoakan.
Atau tidak usah diucapkan kata "selamat", cukup disingkat menjadi "Pagi." Walaupun kalau diucapkan juga, asal niatnya bukan mendoakan keselamatan, tentu juga tidak mengapa. Karena masalah ini hanya kesilapan bahasa dan keterbatasan cara pengungkapan dan kekakuan terjemahan.
Kesimpulan :
untuk sesama muslim "selamat pagi" boleh meskipun niatnya mendoakan maupun hanya tegur sapa.
shabahul khair = good morning = pagi yg baik
untuk sesama muslim "selamat pagi" boleh meskipun niatnya mendoakan maupun hanya tegur sapa.
shabahul khair = good morning = pagi yg baik
copas dari http://kampungilmukita.blogspot.com
Tebarkan Salam
Syariat Islam yang sempurna mengajarkan kaum muslimin untuk selalu
meningkatkan kecintaan terhadap saudara semuslim, merekatkan
persaudaraan dan kasih sayang. Dan untuk mewujudkan hubungan
persaudaraan dan kasih sayang ini, maka syariat Islam memerintahkan
untuk menyebarkan salam.
Syiar Islam yang satu ini adalah termasuk syiar Islam yang sangat besar dan penting. Namun begitu, sekarang ini salam sering sekali ditinggalkan dan diganti dengan salam salam yang lain, entah itu dengan good morning, selamat pagi, selamat siang, salam sejahtera atau sejenisnya. Tentunya seorang muslim tidak akan rela apabila syariat yang penuh berkah lagi manfaat ini kemudian diganti dengan ucapan-ucapan lain. Allah berfirman, “Maukah kamu mengambil sesuatu yang rendah sebagai pengganti yang lebih baik?” (Al Baqarah: 61). Dan sungguh apa yang ditetapkan Allah untuk manusia, itulah yang terbaik.
Perintah dari Allah
Allah berfirman, “Maka apabila kamu memasuki (suatu rumah dari) rumah- rumah (ini) hendaklah kamu memberi salam kepada (penghuninya yang berarti memberi salam) kepada dirimu sendiri, salam yang ditetapkan dari sisi Allah, yang diberi berkat lagi baik.” (Qs. An Nur: 61)
Syaikh Nashir As Sa’di berkata, “Firman-Nya: Salam dari sisi Allah, maksudnya Allah telah mensyari’atkan salam bagi kalian dan menjadikannya sebagai penghormatan dan keberkahan yang terus berkembang dan bertambah. Adapun firman-Nya: yang diberi berkat lagi baik, maka hal tersebut karena salam termasuk kalimat yang baik dan dicintai Allah. Dengan salam maka jiwa akan menjadi baik serta dapat mendatangkan rasa cinta.” (Lihat Taisir Karimir Rohman)
Perintah dari Nabi
Baro’ bin Azib berkata, “Rasulullah melarang dan memerintahkan kami dalam tujuh perkara: Kami diperintah untuk mengiringi jenazah, menjenguk orang sakit, memenuhi undangan menolong orang yang dizholimi, memperbagus pembagian, menjawab salam dan mendoakan orang yang bersin…” (HR. Bukhari dan Muslim). Ibnu Hajar Al Asqolani berkata, “Perintah menjawab salam maksudnya yaitu menyebarkan salam di antara manusia agar mereka menghidupkan syariatnya.” (Lihat Fathul Bari 11/23)
Dari Abu Huroiroh, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah kalian masuk surga hingga kalian beriman. Dan tidaklah kalian beriman hingga saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan suatu amalan yang jika kalian kerjakan niscaya kalian akan saling mencintai? Tebarkanlah salam di antara kalian.” (HR. Muslim). Dari Abdulloh bin Salam, Rasulullah bersabda, “Wahai sekalian manusia, tebarkanlah salam di antara kalian, berilah makan sambunglah tali silaturahmi dan shalatlah ketika manusia tidur malam, niscaya kalian akan masuk surga dengan selamat.” (Shohih. Riwayat Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad)
Etika Salam
Imron bin Husain berkata, “Ada seorang laki-laki yang datang kepada Nabi seraya mengucapkan Assalamu ‘alaikum. Maka nabi menjawabnya dan orang itu kemudian duduk. Nabi berkata, “Dia mendapat sepuluh pahala.” Kemudian datang orang yang lain mengucapkan Assalamu ‘alaikum warahmatullah. Maka Nabi menjawabnya dan berkata, “Dua puluh pahala baginya.” Kemudian ada yang datang lagi seraya mengucapkan Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wa barakatuh. Nabi pun menjawabnya dan berkata, “Dia mendapat tiga puluh pahala.” (Shohih. Riwayat Abu dawud, Tirmidzi dan Ahmad)
Dari hadits tersebut dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu:
Salam Kepada Orang yang Dikenal dan Tidak Dikenal
Termasuk mulianya syariat ini ialah diperintahkannya kaum muslimin untuk member salam baik pada orang yang dikenal maupun orang yang belum dikenal. Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya termasuk tanda-tanda hari kiamat apabila salam hanya ditujukan kepada orang yang telah dikenal.” (Shohih. Riwayat Ahmad dan Thobroni)
(Disadur dari majalah Al Furqon edisi 9 th III)
***
Penulis: Abu Yusuf Johan Lil Muttaqin
Artikel www.muslim.or.id
Syiar Islam yang satu ini adalah termasuk syiar Islam yang sangat besar dan penting. Namun begitu, sekarang ini salam sering sekali ditinggalkan dan diganti dengan salam salam yang lain, entah itu dengan good morning, selamat pagi, selamat siang, salam sejahtera atau sejenisnya. Tentunya seorang muslim tidak akan rela apabila syariat yang penuh berkah lagi manfaat ini kemudian diganti dengan ucapan-ucapan lain. Allah berfirman, “Maukah kamu mengambil sesuatu yang rendah sebagai pengganti yang lebih baik?” (Al Baqarah: 61). Dan sungguh apa yang ditetapkan Allah untuk manusia, itulah yang terbaik.
Perintah dari Allah
Allah berfirman, “Maka apabila kamu memasuki (suatu rumah dari) rumah- rumah (ini) hendaklah kamu memberi salam kepada (penghuninya yang berarti memberi salam) kepada dirimu sendiri, salam yang ditetapkan dari sisi Allah, yang diberi berkat lagi baik.” (Qs. An Nur: 61)
Syaikh Nashir As Sa’di berkata, “Firman-Nya: Salam dari sisi Allah, maksudnya Allah telah mensyari’atkan salam bagi kalian dan menjadikannya sebagai penghormatan dan keberkahan yang terus berkembang dan bertambah. Adapun firman-Nya: yang diberi berkat lagi baik, maka hal tersebut karena salam termasuk kalimat yang baik dan dicintai Allah. Dengan salam maka jiwa akan menjadi baik serta dapat mendatangkan rasa cinta.” (Lihat Taisir Karimir Rohman)
Perintah dari Nabi
Baro’ bin Azib berkata, “Rasulullah melarang dan memerintahkan kami dalam tujuh perkara: Kami diperintah untuk mengiringi jenazah, menjenguk orang sakit, memenuhi undangan menolong orang yang dizholimi, memperbagus pembagian, menjawab salam dan mendoakan orang yang bersin…” (HR. Bukhari dan Muslim). Ibnu Hajar Al Asqolani berkata, “Perintah menjawab salam maksudnya yaitu menyebarkan salam di antara manusia agar mereka menghidupkan syariatnya.” (Lihat Fathul Bari 11/23)
Dari Abu Huroiroh, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah kalian masuk surga hingga kalian beriman. Dan tidaklah kalian beriman hingga saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan suatu amalan yang jika kalian kerjakan niscaya kalian akan saling mencintai? Tebarkanlah salam di antara kalian.” (HR. Muslim). Dari Abdulloh bin Salam, Rasulullah bersabda, “Wahai sekalian manusia, tebarkanlah salam di antara kalian, berilah makan sambunglah tali silaturahmi dan shalatlah ketika manusia tidur malam, niscaya kalian akan masuk surga dengan selamat.” (Shohih. Riwayat Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad)
Etika Salam
Imron bin Husain berkata, “Ada seorang laki-laki yang datang kepada Nabi seraya mengucapkan Assalamu ‘alaikum. Maka nabi menjawabnya dan orang itu kemudian duduk. Nabi berkata, “Dia mendapat sepuluh pahala.” Kemudian datang orang yang lain mengucapkan Assalamu ‘alaikum warahmatullah. Maka Nabi menjawabnya dan berkata, “Dua puluh pahala baginya.” Kemudian ada yang datang lagi seraya mengucapkan Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wa barakatuh. Nabi pun menjawabnya dan berkata, “Dia mendapat tiga puluh pahala.” (Shohih. Riwayat Abu dawud, Tirmidzi dan Ahmad)
Dari hadits tersebut dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu:
- Memulai salam hukumnya sunnah bagi setiap individu, berdasar pendapat terkuat.
- Menjawab salam hukumnya wajib, berdasarkan kesepakatan para ulama.
- Salam yang paling utama yaitu dengan mengucapkan Assalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuh, kemudian Assalamu’alaikum warahmatullah dan yang terakhir Assalamu’alaikum.
- Menjawab salam hendaknya dengan jawaban yang lebih baik, atau minimal serupa dengan yang mengucapkan. Allah berfirman “Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungankan segala sesuatu.” (Qs. An Nisa: 86)
Salam Kepada Orang yang Dikenal dan Tidak Dikenal
Termasuk mulianya syariat ini ialah diperintahkannya kaum muslimin untuk member salam baik pada orang yang dikenal maupun orang yang belum dikenal. Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya termasuk tanda-tanda hari kiamat apabila salam hanya ditujukan kepada orang yang telah dikenal.” (Shohih. Riwayat Ahmad dan Thobroni)
(Disadur dari majalah Al Furqon edisi 9 th III)
***
Penulis: Abu Yusuf Johan Lil Muttaqin
Artikel www.muslim.or.id
Kamis, 09 Agustus 2012
Jadi, Masihkah Kita tidak Mau Bersabar?
Aku bukan orang sabar
Ketika
jiwa letih dengan berbagai hal yang semakin menyibukkan kita, maka
berilah jeda kepada diri untuk sejenak mengkaji berbagai kesulitan yang
semakin menumpuk dan memberatkan itu. Mungkin disana ada sisi kurang
sabar kita dalam menghadapi sesuatu yang justru semakin merunyamkan
suasana. Mungkin disana ada kelemahan jiwa kita yang menyeruak dan
mengakibatkan kita bertekuk lutut dalam hasil karya diri yang justru
merendahkan.
sabar,
pelajaran jiwa yang mungkin mudah di ucapkan namun sangat sulit sekali
untuk di realisasikan. Namun disanalah justru letak salah satu
keabadian. Cerita kebaikan yang akan abadi saat pelakunya sudah tiada,
efek kebaikan yang abadi saat pelakunya masih bernafas ataupun telah
berkalang tanah. Karena siapa yang dapat membunuh mati kemuliaan jiwa
orang- orang yang sabar? Malah yang ada adalah, jiwa liar kita semakin
lelah, dan semakin bingung disaat harus ber benturan dengan manusia yang
serba sabar. selanjutnya, rasa malu dan kerendahan diri akan menjadi
efek samping yang akan pasti menjadi hak milik kita. Hak milik kita, dan
bukan dia.
Bersabar
adalah bukan tentang bangga mengakui bahwa kita bisa bersabar. Namun
bersabar adalah tentang melatih jiwa yang angkuh mengakui kelebihan diri
untuk bisa bersabar, dan legowo mengakui bahwa kesabaran dalam diri
kita adalah hanya karena rahmat Allah.
Bersabar
adalah alternatif termudah dari sebuah jalan keluar bagi manusia yang
tidak mampu menemukan jalan keluar. dan sabar adalah justru satu-
satunya pertahanan yang paling kuat, ketika seseorang tidak mampu lagi
mengatasi masalahnya.
Bersabar adalah saham yang anda tanam di masa depan, atas sebuah nilai kemuliaan dan ketinggian derajat diri anda pribadi.
Bersabar
adalah bukan tentang mengerti orang lain, namun adalah tentang
memuliakan jiwa kita sendiri yang sungguh sedang liar demi mengangkat
derajat kita sendiri di hadapan Allah.
Bersabar
adalah bukan hanya tentang menahan amarah, namun di dalamnya terkandung
maksud untuk membengkokkan kerasnya gengsi, dan menyadari bahwa diri
hanyalah seorang hamba yang harus belajar minta maaf, dan mengajarkan
hati dalam luasnya memaafkan.
Maka
berbahagialah ketika masih ada dari batin kita yang berteriak protes
dan mengatakan bahwa kita belumlah menjadi orang yang sabar. Hal itu
berarti bahwa jiwa kebaikan masih hidup dalam diri kita. Dan mungkin
sebenarnya kehendak kita sendirilah, suara kebaikan itu mati. Entah
karena ketidakmauan kita menindak lanjuti "pemberitahuan" mereka, atau
ketidaktahuan kita atas ilmu untuk menyikapi suara " pengumuman"
tersebut. Dan maka benarlah bahwa Allah adalah maha membolak- balikkan
hati, maka tidak ada yang patut untuk bermohon tentang supaya meneguhkan
hati untuk mudah berkarib dengan kebaikan, kecuali hanya kepada Allah.
Berbahagialah
ketika masih sempat kita bermohon kepadanya, karena kita menyadari akan
kesempatan kita yang masih ada untuk memohon. Bayangkan jika kehendak
itu baru muncul setelah nafas sudah hampir lepas dari tenggorokan. Apa
jadinya pula ketika permohonan itu baru melekat di mulut kita tapi
setelah kita berada di alam kubur dan bertemu dengan para malaikat?
Maka jangan banyak salahkan diri anda terus menerus karena sabar, yang
pertama yang harus diterapkan justru adalah kepada diri sendiri. rasa
sesal dan terpuruk tanpa ada kelanjutan untuk bangkit, hanya akan
membawa kita semakin terpuruk. Namun juga jangan kasihani diri dengan
terlalu, karena hal itu juga akan menjadi poin tambahan yang melembekkan
jiwa dan mengikis semangat.
Bersabar adalah sama sekali bukan tentang sifat, tapi adalah tentang sebuah keputusan. Maka buatlah keputuskan anda!.
Pandai
bersabar adalah juga bukan bakat, tapi logika sehat yang sangat
mengerti tentang akibat. karena sudah berapa banyak kasus ceroboh yang
mempersulit diri, dan apakah harus kita lakukan lagi dan lagi karena
kita kurang bersabar?
Sabar
adalah hak milik pribadi yang beriman, salah satunya adalah tentang
keyakinannya akan janji Allah yaitu, “Bersama setiap kesulitan, datang
kemudahan”. Hal inilah yang membentuk jiwa ramah mereka untuk melihat
kehidupan ini yang seharusnya akan pasti mudah, karena tidak akan ada
niatan Allah untuk menyulitkan Kita.
Ketika jiwa letih dengan berbagai hal yang
semakin menyibukkan kita, maka berilah jeda kepada diri untuk sejenak
mengkaji berbagai kesulitan yang semakin memberatkan itu. Mungkin disana
ada sisi kurang sabar kita dalam menghadapi sesuatu yang akhirnya
semakin merunyamkan suasana. Atau mungkin disana ada kelemahan jiwa kita
yang menyeruak dan mengakibatkan kita bertekuk lutut dalam hasil karya
diri yang justru merendahkan.
Sabar, pelajaran jiwa yang mungkin mudah di
ucapkan namun sangat sulit sekali untuk di realisasikan. Namun
disanalah justru letak salah satu keabadian. Cerita kebaikan yang akan
abadi saat pelakunya sudah tiada, efek kebaikan yang abadi saat
pelakunya masih bernafas ataupun telah berkalang tanah, dan lain
sebagainya. Karena, siapakah yang dapat membunuh mati, kemuliaan jiwa
orang- orang yang sabar? Malah yang ada adalah, jiwa liar kita semakin
lelah, dan semakin bingung disaat harus berbenturan dengan manusia yang
serba sabar. Selanjutnya, rasa malu dan kerendahan diri akan menjadi
efek samping yang akan pasti menjadi hak milik kita. Menempel sebagai
citra kita, dan bukan dia.
Bersabar adalah bukan tentang bangga
mengakui bahwa kita bisa bersabar. Namun bersabar adalah tentang melatih
jiwa yang angkuh mengakui kelebihan diri untuk bisa bersabar, dan
legowo mengakui bahwa kesabaran dalam diri kita adalah hanya karena
rahmat Allah.
Bersabar adalah alternatif termudah dari
sebuah jalan keluar bagi manusia yang tidak mampu menemukan jalan
keluar. Dan sabar adalah justru satu- satunya pertahanan yang paling
kuat, ketika seseorang tidak mampu lagi mengatasi masalahnya.
Bersabar adalah saham yang anda tanam di masa depan, atas sebuah nilai kemuliaan dan ketinggian derajat diri anda pribadi.
Bersabar adalah bukan tentang mengerti
orang lain, namun adalah tentang memuliakan jiwa kita sendiri yang
sungguh sedang liar demi mengangkat derajat kita sendiri di hadapan
Allah.
Bersabar adalah bukan hanya tentang menahan
amarah, namun di dalamnya terkandung maksud untuk membengkokkan
kerasnya gengsi, dan menyadari bahwa diri hanyalah seorang hamba yang
harus belajar minta maaf, dan mengajarkan hati dalam luasnya memaafkan.
Maka berbahagialah ketika masih ada dari
batin kita yang berteriak protes dan mengatakan bahwa kita belumlah
menjadi orang yang sabar. Hal itu berarti bahwa jiwa kebaikan masih
hidup dalam diri kita. Dan mungkin sebenarnya kehendak kita sendirilah,
suara kebaikan itu mati. Entah karena ketidakmauan kita menindak lanjuti
"pemberitahuan" mereka, atau ketidaktahuan kita atas ilmu untuk
menyikapi suara " pengumuman" tersebut. Dan maka benarlah bahwa Allah
adalah maha membolak- balikkan hati, maka tidak ada yang patut untuk
bermohon tentang supaya meneguhkan hati untuk mudah berkarib dengan
kebaikan, kecuali hanya kepada Allah.
Berbahagialah ketika masih sempat kita
bermohon kepadanya, karena kita menyadari akan kesempatan kita yang
masih ada untuk memohon. Bayangkan jika kehendak itu baru muncul setelah
nafas sudah hampir lepas dari tenggorokan. Apa jadinya pula ketika
permohonan itu baru melekat di mulut kita tapi setelah kita berada di
alam kubur dan bertemu dengan para malaikat? Maka jangan banyak
salahkan diri anda terus menerus karena sabar, yang pertama yang harus
diterapkan justru adalah kepada diri sendiri. rasa sesal dan terpuruk
tanpa ada kelanjutan untuk bangkit, hanya akan membawa kita semakin
terpuruk. Namun juga jangan kasihani diri dengan terlalu, karena hal itu
juga akan menjadi poin tambahan yang melembekkan jiwa dan mengikis
semangat.
Bersabar adalah sama sekali bukan tentang sifat, tapi adalah tentang sebuah keputusan. Maka buatlah keputuskan!.
Pandai bersabar adalah juga bukan bakat,
tapi perenungan seorang pemilik logika sehat yang sangat mengerti
tentang akibat. Karena sudah berapa banyak kasus ceroboh yang
mempersulit diri, dan apakah harus kita lakukan lagi dan lagi karena
kita kurang bersabar?
Sabar adalah hak milik pribadi yang
beriman, salah satunya adalah tentang keyakinannya akan janji Allah
yaitu, “Bersama setiap kesulitan, datang kemudahan”. Hal inilah yang
kemudian membentuk jiwa ramah dalam diri kita untuk melihat kehidupan
ini yang seharusnya akan pasti mudah, karena tidak akan ada niatan dari
Allah untuk menyulitkan Kita. Dan sebagai hasil akhir, kedamaian pun
akan selalu meliputi jiwa.
Jadi, masihkah kita tidak mau bersabar?
(Syahidah/voa-islam.com)
Konsep Kesehatan Dalam Islam
Islam sebagai agama yang sempurna dan lengkap. Telah menetapkan prinsip-prinsip dalam penjagaan keseimbangan tubuh manusia. Diantara
cara Islam menjaga kesehatan dengan menjaga kebersihan dan melaksanakan
syariat wudlu dan mandi secara rutin bagi setiap muslim.
Sehat
adalah kondisi fisik di mana semua fungsi berada dalam keadaan sehat.
Menjadi sembuh sesudah sakit adalah anugerah terbaik dari Allah kepada
manusia. Adalah tak mungkin untuk bertindak benar dan memberi perhatian
yang layak kepada ketaatan kepada Tuhan jika tubuh tidak sehat.
Tidak
ada sesuatu yang begitu berharga seperti kesehatan. Karenanya, hamba
Allah hendaklah bersyukur atas kesehatan yang dimiltkinya dan tidak
bersikap kufur. Nabi saw. bersabda, "Ada dua anugerah yang karenanya banyak manusia tertipu, yaitu kesehatan yang baik dan waktu luang." (HR. Bukhari)
Abu
Darda berkata, "Ya Rasulullah, jika saya sembuh dari sakit saya dan
bersyukur karenanya, apakah itu lebih baik daripada saya sakit dan
menanggungnya dengan sabar?" Nabi saw menjawab, "Sesungguhnya Rasul mencintai kesehatan sama seperti engkau juga menyenanginya."
Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi bahwa Rasulullah saw bersabda: 'Barangsiapa
bangun di pagi hari dengan badan schat dan jiwa sehat pula, dan
rezekinya dijamin, maka dia seperti orang yang memiliki dunia
seluruhnya."
Di
antara ucapan-ucapan bijaksana Nabi Dawud as adalah sebagai berikut,
"Kesehatan adalah kerajaan yang tersembunyi." Juga. "Kesedihan sesaat
membuat orang Jcbih tua satu tahun." Juga, "Kesehatan adalah mahkota di
kepala orang-orang yang schat, yang hanya bisa dilihac oleh orang-orang
yang sakit." Dan juga, "Kesehatan adalah harta karun yang tak terlihat."
Konsep Islam Dalam Menjaga Kesehatan
Anjuran Menjaga Kesehatan
Sudah
menjadi semacam kesepakatan, bahwa menjaga agar tetap sehat dan tidak
terkena penyakit adalah lebih baik daripada mengobati, untuk itu sejak
dini diupayakan agar orang tetap sehat. Menjaga kesehatan sewaktu sehat
adalah lebih baik daripada meminum obat saat sakit. Dalam kaidah
ushuliyyat dinyatakan:
Dari
Ibn 'Abbas, ia berkata, aku pernah datang menghadap Rasulullah SAW,
saya bertanya: Ya Rasulullah ajarkan kepadaku sesuatu doa yang akan akan
baca dalam doaku, Nabi menjawab: Mintalah kepada Allah ampunan dan
kesehatan, kemudian aku menghadap lagipada kesempatan yang lain saya
bertanya: Ya Rasulullah ajarkan kepadaku sesuatu doa yang akan akan baca
dalam doaku. Nabi menjawab: "Wahai Abbas, wahai paman Rasulullah saw mintalah kesehatan kepada Allah, di dunia dan akhirat." (HR Ahmad, al-Tumudzi, dan al-Bazzar)
Berbagai
upaya yang mesti dilakukan agar orang tetap sehat menurut para pakar
kesehatan, antara lain, dengan mengonsumsi gizi yang yang cukup,
olahraga cukup, jiwa tenang, serta menjauhkan diri dari berbagai
pengaruh yang dapat menjadikannya terjangkit penyakit. Hal-hal tersebut semuanya ada dalam ajaran Islam, bersumber dari hadits-hadits shahih maupun ayat al-Quran.
Nilai Sehat dalam Ajaran Islam
Dengan merujuk konsep sehat yang dewasa ini dipaharm. berdasarkan rumusan WHO yaitu: Health is a state of complete physical, mental and social-being, not merely the absence q; disease on infirmity
Menurut penelitian 'Ali Mu'nis, dokter spesialis internal
Fakultas Kedokteran Universitas 'Ain Syams Cairo, menunjukan bahwa ilmu
kedokteran modern menemukan kecocokan terhadap yang disyariatkan Nabi
dalam praktek pcngobatan yang berhubungan dengan spesialisasinya.
Sebagaiman
disepakati oleh para ulama bahwa di balik pengsyariatan segala sesuatu
termasuk ibadah dalam Islam terdapat hikrnah dan manfaat phisik
(badaniah) dan psikis (kejiwaan). Pada saat orang-orang Islam menunaikan kewajiban-kewajiban keagamannya, berbagai penyakit lahir dan batin terjaga.
Kesehatan Jasmani
Ajaran
Islam sangat menekankan kesehatan jasmani. Agar tetap sehat, hal yang
perlu diperhatikan dan dijaga, menurut sementara ulama, disebutkan, ada
sepuluh hal, yaitu: dalam hal makan, minum, gerak, diam, tidur, terjaga,
hubungan seksual, keinginan-keinginan nafsu, keadaan kejiwaan, dan
mengatur anggota badan.
Pertama; Mengatur Pola Makan dan Minum
Dalam
ilmu kesehatan atau gizi disebutkan, makanan adalah unsur terpenting
untuk menjaga kesehatan. Kalangan ahli kedokteran Islam menyebutkan,
makan yang halalan dan thayyiban. Al-Quran berpesan agar manusia
memperhatikan yang dimakannya, seperti ditegaskan dalam ayat: “maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya”.(QS. ‘Abasa 80 : 24 )
Dalam
27 kali pembicaraan tentang perintah makan, al-Quran selalu menekankan
dua sifat, yang halal dan thayyib, di antaranya dalam (Q., s. al-Baqarat (2)1168; al-Maidat (s):88; al-Anfal (8):&9; al-Nahl (16) : 1 14),
Kedua; Keseimbangan Beraktivitas dan Istirahat
Perhatian
Islam terhadap masalah kesehatan dimulai sejak bayi, di mana Islam
menekankan bagi ibu agar menyusui anaknya, di samping merupakan fitrah
juga mengandung nilai kesehatan. Banyak ayat dalam al-Quran menganjurkan
hal tersebut.
Al-Quran
melarang melakukan sesuatu yang dapat merusak badan. Para pakar di
bidang medis memberikan contoh seperti merokok. Alasannya, termasuk
dalam larangan membinasakan diri dan mubadzir dan akibatyang
ditimbulkan, bau, mengganggu orang lain dan lingkungan.
Islam juga memberikan hak badan, sesuai dengan fungsi dan daya tahannya, sesuai anjuran Nabi: Bahwa badanmu mempunyai hak
Islam
menekankan keteraturan mengatur ritme hidup dengan cara tidur cukup,
istirahat cukup, di samping hak-haknya kepada Tuhan melalui ibadah.
Islam memberi tuntunan agar mengatur waktu untuk istirahat bagi jasmani.
Keteraturan tidur dan berjaga diatur secara proporsional, masing-masing
anggota tubuh memiliki hak yang mesti dipenuhi.
Di
sisi lain, Islam melarang membebani badan melebihi batas kemampuannya,
seperti melakukan begadang sepanjang malam, melaparkan perut
berkepanjangan sekalipun maksudnya untuk beribadah, seperti tampak pada
tekad sekelompok Sahabat Nabi yang ingin terus menerus shalat malam
dengan tidak tidur, sebagian hendak berpuasa terus menerus sepanjang
tahun, dan yang lain tidak mau 'menggauli' istrinya, sebagaimana
disebutkan dalam hadits:
“Nabi
pernah berkata kepadaku: Hai hamba Allah, bukankah aku memberitakan
bahwa kamu puasa di sz'am? hari dan qiyamul laildimalam hari, maka aku
katakan, benarya Rasulullah, Nabi menjawab: Jangan lalukan itu, berpuasa
dan berbukalah, bangun malam dan tidurlah, sebab, pada badanmu ada hak
dan pada lambungmujuga ada hak" (HR Bukhari dan Muslim).
Ketiga; Olahraga sebagai Upaya Menjaga Kesehatan
Aktivitas
terpenting untuk menjaga kesehatan dalam ilmu kesehatan adalah melalui
kegiatan berolahraga. Kata olahraga atau sport (bahasa Inggris) berasal
dari bahasa Latin Disportorea atau deportore, dalam bahasa Itali disebut
'deporte' yang berarti penyenangan, pemeliharaan atau menghibur untuk
bergembira. Olahraga atau sport dirumuskan sebagai kesibukan manusia
untuk menggembirakan diri sambil memelihara jasmaniah.
Tujuan
utama olahraga adalah untuk mempertinggi kesehatan yang positif, daya
tahan, tenaga otot, keseimbangan emosional, efisiensi dari fungsi-rungsi
alat tubuh, dan daya ekspresif serta daya kreatif. Dengan melakukan
olahraga secara bertahap, teratur, dan cukup akan meningkatkan dan
memperbaiki kesegaran jasmani, menguatkan dan menyehatkan tubuh. Dengan
kesegaran jasmani seseorang akan mampu beraktivitas dengan baik.
Dalam pandangan ulama fikih, olahraga (Bahasa Arab: al-Riyadhat)
termasuk bidang ijtihadiyat. Secara umum hokum melakukannya adalah
mubah, bahkan bisa bernilai ibadah, jika diniati ibadah atau agar mampu
melakukannya melakukan ibadah dengan sempurna dan
pelaksanaannyatidakbertentangan dengan norma Islami.
Sumber
ajaran Islam tidak mengatur secara rinci masalah yang berhubungan
dengan berolahraga, karena termasuk masalah 'duniawi' atau ijtihadiyat,
maka bentuk, teknik, dan peraturannya diserahkan sepenuhnya kepada
manusia atau ahlinya. Islam hanya memberikan prinsip dan landasan umum yang harus dipatuhi dalam kegiatan berolahraga.
Nash
al-Quran yang dijadikan sebagai pedoman perlunya berolahraga, dalam
konteks perintah jihad agar mempersiapkan kekuatan untuk menghadapi
kemungkinan serangan musuh, yaitu ayat:
“Dan
siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi
dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan
itu) kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain
mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa
saja yang kamu najkahkanpadajalan Allah niscaya akan dibalas dengan
cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan). (QS.Al-Anfal :6o):
Nabi menafsirkan kata kekuatan (al-Quwwah)
yang dimaksud dalam ayat ini adalah memanah. Nabi pernah
menyampaikannya dari atas mimbar disebutkan 3 kali, sebagaimana
dinyatakan dalam satu hadits:
Nabi
berkata: "Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang
kamu sang gupi" Ingatlah kekuatan itu adalah memanah, Ingatlah kekuatan
itu adalah memanah, Ingatlah kekuatan itu adalah memanah, (HR Muslim, al-Turmudzi, Abu Dawud, Ibn Majah, Ahmad, dan al-Darimi)
Keempat; Anjuran Menjaga Kebersihan
Ajaran
Islam sangat memperhatikan masalah kebersihan yang merupakan salah satu
aspek penting dalam ilmu kedokteran. Dalam terminologi Islam, masalah
yang berhubungan dengan kebersihan disebut dengan al-Thaharat. Dari sisi
pandang kebersihan dan kesehatan, al-thaharat merupakan salah satu
bentuk upaya preventif, berguna untuk menghindari penyebaran berbagai
jenis kuman dan bakteri.
Imam
al-Suyuthi, 'Abd al-Hamid al-Qudhat, dan ulama yang lain menyatakan,
dalam Islam menjaga kesucian dan kebersihan termasuk bagian ibadah
sebagai bentuk qurbat, bagian dari ta'abbudi, merupakan kewajiban,
sebagai kunci ibadah, Nabi bersabda: “Dari 'Ali ra., dari Nabi saw, beliau berkata: "Kunci shalat adalah bersuci" (HR Ibnu Majah, al-Turmudzi, Ahmad, dan al-Darimi)
Berbagai ritual Islam mengharuskan seseorang melakukan thaharat dari najis, mutanajjis, dan hadats.
Demikian pentingnya kedudukan menjaga kesucian dalam Islam, sehingga
dalam buku-buku fikih dan sebagian besar buku hadits selalu dimulai
dengan mengupas masalah thaharat, dan dapat dinyatakan bahwa 'fikih
pertama yang dipelajari umat Islam adalah masalah kesucian'.
'Abd
al-Mun'im Qandil dalam bukunya al-Tadaivi bi al-Quran seperti halnya
kebanyakan ulama membagi thaharat menjadi dua, yaitu lahiriah dan
rohani. Kesucian
lahiriah meliputi kebersihan badan, pakaian, tempat tinggal, jalan dan
segala sesuatu yang dipergunakan manusia dalam urusan kehidupan.
Sedangkan kesucian rohani meliputi kebersihan hati, jiwa, akidah,
akhlak, dan pikiran.
Terakhir,
semoga pemaparan di atas semakin menambah pengetahuan kita tentang
korelasi antara Islam dan kesehatan dan menguatkan azam kita untuk
menekuni pengobatan yang telah diajarkan oleh Nabi agung kita Muhammad
saw, amin....
sumber: http://akthin.com
Langganan:
Postingan (Atom)