Siapa yang ingin meraih ridho atas ketentuan Allah Azza wa-Jalla
hendaknya ia terus mengingat kematian. Karena dengan mengingatnya
meringankan beban musibah dan bencana. Dan anda jangan berhasrat pada
dirimu, hartamu, pada anakmu. Namun ucapkan, “Tuhanku lebih tahu tentang
diriku dibanding diriku sendiri.”
Bila anda bisa melanggengkan itu, anda akan didatangi oleh kelezatan
ridho dan keselarasan dengan kehendakNya. Maka, bencana dengan akar dan
rantingnya akan sirna, lalu datanglah gantinya, berupa nikmat-nikmat dan
kebajikan. Sepanjang anda beserasi dengan ridho, disaat bencana datang,
justru nikmat-nikmat yang bakal tiba dari berbagai arah dan tempat.
Namun sungguh celaka anda ini, hai orang yang alpa pada Allah Swt.
Janganlah anda sibuk menjauhiNya dan mencari selain Dia. Sudah berapa
lama anda memburu keleluasaan rejeki, tetapi malah menjadi bencana
bagimu, sedangkan anda tidak tahu kebaikan itu ada dimana.
Mulailah anda diam dan berselaraslah denganNya, carilah ridhoNya atas
tindakan-tindakanNya dan bersyukur dalam berbagai situasi. Karena
berlimpahnya rejeki malah menjadi bencana manakala tidak disertai
syukur. Begitu juga sempitnya rejeki menjadi bencana manakala tidak
disertai sabar. Syukur menambah nikmat padamu dan mendekatkanmu kepada
Allah Azza wa-Jalla. Sementara sabar meneguhkan langkah-langkah hatimu,
menolongmu, menguatkanmu, menguntungkan dirimu. Akibat sabar adalah
terpujinya seseorang di dunia dan akhirat. Karena kontra kepada Allah
Azza wa-Jalla berarti menzalimi hati dan wajah.
Wahai orang bodoh, gantilah kesibukanmu yang terus menentang Tuhanmu
dengan kesibukan memohon kepadaNya Azza wa-Jalla, teruslah demikian
sampai hilang bencana dan cobaan, serta api cobaan sirna.
Anda wahai orang yang mengaku berserasi dengan kehendak Allah Azza
wa-Jalla, yang mengaku melihat khazanah perbendaharaan rahmatNya dan
cintaNya memohonlah kepada Allah Azza wa-Jalla manakala anda ada di
JalanNya, sebelum sampai di hadapanNya.
Bila anda bingung, katakan, “Wahai Dzat yang memberi petunjuk bagi orang-orang bingung, tunjukkanlah padaku.”
Bila anda lemah dan kehilangan kesabaran, ucapkanlah : “Wahai
Tuhanku, tolonglah aku, dan sabarkanlah diriku, bukakanlah jalan keluar
bagiku.”
Namun bila anda telah sampai (wushul) dan hatimu sudah masuk di
hadapanNya serta dekat padaNya, maka tidak ada lagi permohonan yang
harus diutarakan, melainkan diam dan menyaksikanNya. Anda menjadi
tamuNya, dan tamu yang baik tidak menginginkan apa-apa, justru harus
berbudi adab yang bagus. Tidak makan kecuali yang disuguhkan, mengambil
apa yang diberi. Kecuali jika ditanyakan, “Anda ingin sesuatu?”. Ia pun
berkeinginan itu, sebagai bentuk pelaksanaan perintah, bukan karena
pilihannya sendiri.
Meminta itu, berarti jauh dariNya. Sedangkan diam, berarti dekat denganNya.
Orang-orang arif senantiasa tidak mengenal kecuali Al-Haq Azza
wa-Jalla. Semua bentuk ketergantungan putus dan semua sebab akibat
sirna dari hatinya. Bahkan seandainya tidak ada makanan dan minuman
berhari-hari dan berbulan-bulan ia tidak peduli dan tidak berubah.
Karena Allah azza wa-Jalla memberikan makanan kepada mereka, konsumsi
yang sesuai dengan kehendakNya.
Siapa yang mengaku mencintai Allah Azza wa-Jalla, tetapi masih
mencari selain Dia, berarti ia dusta dalam mencintaiNya. Namun jika ia
dicintaiNya, ia telah wushul menjadi tamuNya, dan begitu dekat
denganNya, lalu dikatakan padanya, “Carilah,…”, dan anda memang
menginkannya, maka ucapkanlah, “Terserah apa yang Engkau Kehendaki,
karena KehendakMu itu bebas…”.
Sang pecinta senantiasa tergenggam, dan yang dicintai senantiasa
menghamparkan keleluasaan. Bagi pecinta segalanya terlarang, bagi yang
dicinta meraih segalanya. Sepanjang hamba menjadi pecinta ia senantiasa
bimbang, tercabik-cabik, dan penuh upaya sepanjang waktu. Bila ia telah
kembali kepadaNya, ia menjadi tercinta. Segalanya jadi terbalik pada
haknya. Datanglah kemudahan-kemudahan, kesejahteraan, tenang, rizki
melimpah dan makhluk lain patuh padanya. Semua itu berkah kesabaran dan
keteguhan pada situasi mencintaiNya. Kedekatan hamba hanya bagi Allah
Azza wa-Jalla, sedangkan cintanya Allah azza wa-Jalla pada hambaNya,
bukan seperti cintanya makhluk pada sesamanya. Karena Tuhan kita Azza
wa-Jalla:
“Tidak satu pun yang menyamaiNya, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (Asy-Syuura : 11)
Jadikan padanan itu hanya pada sesama manusia. Maka carilah pemahaman
dariNya, carilah kebaikan qalbu dariNya. Karena Dia senantiasa
memberikan keluasan kebajikan qalbu pada yang dikehendakiNya, Dialah
yang memperbanyak rizki qalbu pada yang dikehendakiNya.
Salah satu dari kaum Sufi hatinya begitu luas melampaui langit dan
bumi, sehingga hatinya seperti Tongkat Musa as. Tongkat Nabi Musa as,
pada awalnya adalah hikmah, kemudian menjadi qudroh (memiliki
kemampuan). Tongkat itu digunakan membawa bekalnya manakala ia tidak
mampu membawanya. Tongkat itu bisa jadi kendaraan yang dinaiki, manakala
ia tidak mampu berjalan. Tongkat itu bisa menolak bahaya, sedangkan ia
sedang duduk dan tidur. Bahkan bisa berbuahkan buah-buahan dari
berbagai jenis buah dan menjadi payung ketika ia duduk. Allah
menampakkan kekuasanNya dalam tongkat itu, lalu Nabi Musa merasa bahagia
dengan KekuasaanNya melalui perantara tongkat itu. Katika Allah Azza
wa-Jalla menjadikan dirinya sebagai Nabi, dan memberikan ke-taqarrub-an,
mengajaknya bicara dan memberikan tugas padanya, Allah berfirman pada
Nabi Musa as. :
“Apa yang ada di tangan kananmu wahai Musa?” Maka Musa menjawab,
“Inilah tongkatku, aku gunakan pegangan (bertelekan) padanya, dan aku
gunakan menggembala kambingku, dan bagiku ada kegunaan lain padanya.”
(Thaha 18)
Kemudian Allah Azza wa-Jalla berfirman, “Lemparkanlah tongkatmu…”
Tiba-tiba menjadi ular besar, dan Musa lari dari ular itu. Maka Allah
Azza wa-Jalla berfirman:
“Ambillah ia, dan jangan takut. Kami akan mengembalikannya (jadi tongkat lagi)”. (Thaha 21)
Tujuan utama dari itu adalah menampakkan Kekuasaan Allah Swt,
sehingga imperium Fir’aun terasa hina, sekaligus menegaskan perang
melawan Fir’aun dan pasukannya, dan keluarbiasaan itu sebagai piranti
untuk memerangi mereka dan menampakkan hal yang luar biasa. Di awalnya
memang menimpulkan rasa sesak di hati dan dada, kemudian Allah
melapangkannya, dan memberikan hukum, kenabian dan pengetahuan kepada
Musa as.
Hai bodoh, ini pun KekuasaanNya, namun tetap dilalaikan dan
diingkari. Karena itu jangan anda melupakan Dzat yang tak pernah lupa
padamu, jangan anda alpa pada Yang tidak pernah melupakanmu. Ingatlah
pada mati, karena malaikat maut yang siap mencabut nyawa mereka. Karena
itu kemudaanmu, hartamu dan semua yang engkau miliki tidak akan pernah
memperdayaimu, karena tidak lama lagi akan diambil semua darimu.
Sementara anda hanya mengenang keteledoranmu dan sia-siamu di hari-hari
ini, penuh dengan tindak kebatilan. Anda menyesal, dan tak ada
penyesalan kemudian.
Tidak lama lagi anda mati, dan anda baru ingat kata-kataku, nasehatku
padamu dan anda sangat berharap agar aku ada disampingmu ketika engkau
dalam kuburmu, mendengarkan saran nasehatku.
Karena itu berusahalah dengan serius untuk menerima kata-kataku dan
mengamalkannya, hingga engkau bersamaku di dunia dan akhirat.
Berbaiksangkalah padaku sampai anda mengambil manfaat ucapanku, lalu
berbaiksangkalah pada selainmu, namun berburuk sangkalah pada nafsumu.
Bila anda melakukan tindakan ini, anda bisa meraih manfaat dan yang lain
mendapatkan manfaat darimu.
Sepanjang anda dengan selain Allah azza wa-Jalla, maka anda terus susah dan gelisah, syirik dan berat.
Keluarkanlah makhluk dari hatimu dan bersambunglah dengan Allah azza
wa-Jalla, maka anda akan melihat sesuatu yang tak terbayang mata, dan
tak pernah terbesit di telinga, tidak pula terlintas di hati manusia.
Inilah yang anda ada di dalamnya, dalam kondisi anda tidak benar dan
tidak sempurna. Karena prinsip dasarnya masih ada yang lain, bukan Dia
sebagai penentu. Dia terbuang, dan anda telah membangun keruntuhan.
Bertaubatlah kepada Allah azza wa-Jalla dan mohonlah perubahan posisi
anda kepadaNya., yang berupa ambisi duniawimu dan kontra akhirat itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar